BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR - Ketua Penggerak PKK Kabupaten Belitung Timur (Beltim) Purwenda menekankan terutama kepada guru Sekolah Dasar (SD) jangan berikan pekerjaan rumah (PR) terlalu banyak kepada siswa. Mengingat siswa usia SD juga harus punya waktu untuk bermain.
Penekanan tersebut disampaikan Wenda saat menjadi pembicara di Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2022 tingkat Kabupaten Beltim di Auditorium Zahari MZ, Kamis (21/7). Sesuai dengan tema Peringatan Hari Anak Nasional ‘Anak Terlindungi Indonesia Maju’.
“Diusahakan untuk anak-anak yang berada di sekolah dasar khususnya, jangan memberikan mereka PR yang banyak. Sama saja menghukum mereka, atau tidak memberikan kemerdekaan kepada anak-anak SD,” kata Wenda.
Menurutnya untuk tumbuh kembang anak-anak di usia SD masih membutuhkan waktu beristirahat dan bermain. Dengan banyaknya PR maka waktu bermain dan istirahat akan berkurang.
BACA JUGA:Sadis! Rahman Dahiri Habisi Nyawa Janda Muda Garut dengan 12 Tusukan
“Pulang sekolah mereka kadang harus les atau lanjut ke TPA. Terus mengerjakan PR-nya waktu malam, akhirnya tidurnya pun larut di sekolah nanti malah ngantuk dak fokus,” ujar Wenda.
Wenda yang juga merupakan seorang istri Bupati Beltim juga menyatakan sudah tidak jamannya lagi siswa diberikan PR banyak. Apalagi saat ini kurikulum yang digunakan berbasis Kurikulum Merdeka.
“Dengan Kurikulum Merdeka ini guru seharusnya memperbanyak tugas proyek untuk pembentukan karakter siswa. Apalagi anak SD pengembangan keterampilan dan pola pikir siswa, biar mereka lebih maju. Bukan dengan memperbanyak PR yang baca buku bolak-balik atau tinggal googling,” tegas Wenda.
BACA JUGA:Usai Kunker ke BPBLB, Harianto Minta Pemprov Babel Tingkatkan Budidaya Ikan Laut
Salah seorang orang tua siswa, yang turut hadir dalam Peringatan Hari Anak Nasional di Auditorium Zahari MZ, Akbar (40) mendukung pernyataan Wenda. Dia bahkan mengungkapkan pernah mengerjakan sendiri PR anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD, lantaran kasihan.
“Baru seminggu lalu anak saya dikasih PR kurang lebih 100 soal dalam waktu dua hari. Terpaksa saya ikut turun tangan ngerjakannya karena dari jam 8 sampai jam setengah satu malam belum juga selesai,” ungkap Akbar.
Dengan banyaknya PR, tambah Akbar tidak akan efektif untuk membuat anak SD menjadi lebih rajin belajar. Malah anak akan merasa sekolah adalah tempat yang menakutkan.
BACA JUGA:Beliadi Apresiasi Bebak Institute, Siapkan Program Tabungan Pohon Balsa
“Tugas yang dikerjakan di rumah itu sebenarnya baik untuk anak, biar orang tua juga berperan serta membantu proses pembelajaran anak. Tapi kalau kebanyakan malah jadi bumerang, anak malah jadi takut untuk ke sekolah,” ujarnya.