PANGKALPINANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang melakukan penandatanganan MoU dengan PT PLN Unit Induk Wilayah Bangka Belitung (Babel)
Hal ini dilakukan dalam upaya penelitian dan pengembangan pengelolaan sampah TPA Parit Enam menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) untuk Co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir.
Kerjasama ini terjalin setelah jarak TPA Parit Enam ini hanya 12,6 km jalur darat ke PLTU Air Anyir. Kemudian juga sampah Kota Pangkalpinang masuk ke TPA Parit Enam sebesar kurang lebih 150 ton per hari.
Rencana lokasi Co-Pilot Project pengolahan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat ada didalam TPA Parit Enam dengan kapasitas produksi rencana pilot 5 ton per hari sampah basah atau kurang lebih 1,3 ton per hari BBJP.
"Sampah Kota Pangkalpinang masuk TPA Parit Enam 120-150 ton per hari, belum perayaan hari-hari besar. Kami telah mencoba bagaimana menutupi bau busuk agar tidak menyebar, kami mencoba mencari tempat TPA yang baru tapi aturannya harus berjarak 10 km dari rumah penduduk," jelas Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil.
Molen menambahkan jalan satu-satunya dari permasalahan tersebut adalah bagaimana mengelola sampah menjadi anugerah, agar penumpukan sampah dapat teratasi. Ia menegaskan, pihaknya berupaya menciptakan Kota Pangkalpinang sebagai kota yang bersih.
"Kami sangat menyambut baik abangku, kalo ini berhasil kenapa tidak kita kembangkan lebih besar lagi," katanya kepada General Manager Unit Induk Wilayah PLN Bangka Belitung yang merupakan salah satu seniornya di IKA Universitas Sriwijaya.
Di tempat yang sama, Amris Adnan sampaikan hal yang senada. Menurutnya ini merupakan wujud usaha pihaknya dalam mengembangkan energi baru terbarukan, mengingat cadangan batu bara saat ini rendah dan harga yang terus meningkat.
"Tapi produksi sampah juga terus meningkat, keterbatasan lahan TPA. Seperti ini telah dilaksanakan di Cilegon, Medan, Pekan Baru", terangnya.
Selain itu, Amris menambahkan, Latar belakang dari BBJP Plan tersebut ialah komitmen Indonesia dalam memberikan solusi perubahan iklim, pengurangan emisi efek rumah kaca, potensi energi terbarukan serta listrik yang handal murah seperti di Jawa-Bali.(tob/rel)