Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, mitigasi dampak pertama adalah memastikan adanya investasi agar pengolahan bahan tambang di dalam negeri berjalan maksimal.
BACA JUGA:Harga Kebutuhan Pokok di Tanjungpandan Relatif Stabil, Meski BBM Naik, Malah Ada yang Turun
BACA JUGA:MenPAN-RB Kaget, Jumlah Honorer di Daerah Bengkak 3 Kali Lipat, 2022 Capai 1,1 Juta Orang
Kedua, dari aspek teknologi. Menurut dia, pengolahan komoditas tambang bukanlah sebuah rocket science sehingga Indonesia seharusnya tidak lagi terlalu banyak bergantung kepada negara lain dari aspek teknologi.
Ridwan membeberkan, dalam 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan transaksi perdagangan timah logam domestik dari 900 ton menjadi 3.500 ton. Angka tersebut hanya sekitar 5 persen dari produksi logam timah nasional. Jadi, belum bisa menyerap seluruh produksi nasional.
Berikut ini 5 Negara Sasaran Ekspor Tertinggi:
Negara | Nilai Ekspor
Singapura | USD 509 juta
Belanda | USD 371,6 juta
Korea Selatan | USD 280,9 juta
India | USD 257 juta
Jepang | USD 254,1 juta
Tren Produksi Timah
Tahun | Produksi
2018 | 83.000 ton
2019 | 76.400 ton