Kini perairan itu telah disesuaikan menjadi IUP Operasi Produksi KW 010 AP L.006 PT Timah. Namun saat ini juga Pemprov Babel terdapat Perda yang mengatur wilayah terkait zonasi perairan wilayah Babel termasuk pesisirnya.
"Dari ketebalan lapisan dan kedalam air di wilayah IUP laut PT Timah itu dulu tahun 80 an sempat diambil timahnya pakai kapak keruk (KK) Duyung juga ada beberapa KK lainnya," kata Marwansyah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/11).
Menurut dia, pada tahun 2.000 sempat ada rencana Kapal Isap Produksi (KIP) yang mengeksploitasi timahnya. "Dan kini dengan akan adanya 1.500 PIP PT Timah, maka sekitar ratusan akan digunakan di oliepeer," ujar Marwansyah.
Lebih lanjut, sepengetahuannya, laut Olipeer merupakan kawasan perairan yang sempat menjadi wilayah operasional PT Timah sekitar tahun 80an hingga tahun 90an dan dilakuka restrukturisasi PT Timah tahun 92an.
Berbagai armada termasuk KK yang dulu beroperasi di wilayah tersebut dilakukan pergeseran operasional ke wilayah perairan Bangka. Dan karyawan perusahaan yang merupakan karyawan wilayah produksi (wilasi) Manggar dengan Unit Penambangan Timah.
BACA JUGA:Bupati Belitung Jamu 80 Turis Mancanegara, Pemkab Siap Kembangkan Wisata Kapal Pesiar
BACA JUGA:Dua Hari Pendaftaran PPK, KPU Beltim Terima 67 Berkas Pendaftar
Dia melanjutkan, pada saat itu Belitung (UPT Bel) mesti pindah kerja ke wilayah Bangka dan Kundur Riau bagi yang masih hendak bekerja. Dan bagi yang tidak berminat maka perusahaan yang ketika itu dipimpin Dirut Kuntoro Mangkusubro melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap mereka.
"Sehingga dikenal saat itu ada komunitas dengan sebutan Mantan Karyawan Timah (MKT). MKT ini ketika itu sempat menerima pesangon dari perusahaan, namun para MKT ini sempat kembali ketika itu berjuang atas hak pesangon mereka yang layak dan patut setelah belasan tahun menjadi abdi negara di perusahaan negara," tandasnya. (*)