JAKARTA, BELITONGEKSPRES.CO.ID - Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar ikut menyoroti sekaligus mempertanyakan kebijakan PSSI terkait keputusan menghentikan Liga 2 dan Liga 3 musim 2022-2023.
Pasalnya, keputusan PSSI menghentikan penyelenggaraan Liga 2 dan 3 jelas kontraproduktif dengan semangat memajukan persepakbolaan Indonesia.
Selain itu, keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam rapat Komite Ekskutif (Exco) pada 12 Januari 2023 dinilai mempersempit ruang kaderisasi sepakbola profesional.
”Keputusan menghentikan Liga 2 dan 3 jelas kontraproduktif dengan semangat memajukan persepakbolaan Indonesia. Penghentian liga ini akan mempersempit ruang kaderisasi sepakbola profesional, juga merusak tatanan maupun tata kelola sepak bola di Indonesia,” kata Muhaimin Iskandar dilansir Belitong Ekspres dari Jawa Pos.com, Senin (16/1/2023).
BACA JUGA:Di Babel Tidak Ada Piala Soeratin dan Galanita 2023, Dampak Liga 2 dan Liga 3 Dihentikan
BACA JUGA:Kabar PSSI Resmi Hentikan Liga 2 dan 3 Indonesia, Liga 1 Tanpa Degradasi, Ini Alasannya
Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin juga mempertanyakan, keterlibatan dan persetujuan official klub peserta Liga 2 dan Liga 3 dalam keputusan pemberhentian tersebut.
Cak Imin menduga adanya indikasi tanda tangan palsu yang menyuarakan penghentian kompetisi dari klub peserta. Sebab nyatanya klub tersebut menolak penghentian kompetisi.
"Kami meminta PSSI untuk mengkaji kembali keputusan penghentian Liga 2 dan Liga 3 sebab efek domino dari keputusan tersebut berdampak luas. Salah satunya kepada perekonomian pemain, juga terhadap bisnis sepak bola dan perekonomian daerah,” tegas Cak Imin.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mendorong agar PSSI mencabut keputusan penghenian Kompetisi Liga 2 dan Liga 3.
BACA JUGA:IPB University Riset UKICIS Pariwisata di Pulau Belitung, Terjunkan 30 Tim Peneliti
BACA JUGA:DPUPR Akan Bangun JPO Pertama di Belitung, Sebagai Ikon Wisata
Lalu PSSI mengambil kebijakan lain yang lebih merangkul kepentingan banyak pihak serta tidak merusak tatanan kompetisi sepakbola di Indonesia.
“Berikanlah ruang lebih banyak bagi bakat-bakat muda untuk berkompetisi. Bagaimana mungkin kita bisa mencetak prestasi kalau tidak ada kompetisi yang disiapkan oleh PSSI,” tegasnya lagi.
Lebih lanjut Ck Imin mengatakan, pembenahan harus dilakukan ketika ada persoalan dalam pelaksanaan liga. Bukannya malah dihentikan.