Bayangin, harga kerapu cantang bisa mencapai Rp80 ribu per kilogram, sementara kerapu cantik bisa tembus Rp120 ribu hingga Rp125 ribu per kilogram.
BACA JUGA:Pergantian Pj Bupati Belitung: Mikron Antariksa Siap Jalankan Amanah Baru
Dalam enam bulan pertama tahun 2024 saja, Belitung sudah mengekspor 41,7 ton kerapu hidup ke Hong Kong! Ini jelas bukti bahwa budidaya kerapu adalah peluang ekonomi yang sangat besar.
Nggak heran kalau makin banyak mantan penambang timah yang tertarik untuk beralih profesi menjadi pembudidaya kerapu. Seperti yang dibilang Rekie.
"Ini adalah langkah yang tepat bagi para penambang timah di Belitung dalam mencari peluang baru dan menciptakan masa depan yang lebih cerah," katanya.
Belitung Ekspor 26 Ton Ikan Kerapu
Belitung terus menunjukkan potensi besar dalam industri perikanan dengan berhasil mengekspor 26 ton ikan kerapu ke Hongkong sepanjang tahun 2024.
Langkah ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga menegaskan posisi Belitung sebagai salah satu daerah penghasil ikan berkualitas di Indonesia.
Pengiriman ikan kerapu hidup ini langsung dilepas oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Belitung, Firdaus Zamri, pada Sabtu, 25 Mei 2024 lalu.
Destinasi ekspornya masih sama, yaitu ke Hongkong, dengan kapal berbendera Hongkong, Fung Kwai Fong, dari Pelabuhan Tanjung RU di Desa Pegantungan, Kecamatan Badau.
BACA JUGA:Prediksi Pasangan Calon Pilkada Beltim 2024: Pertarungan Sengit Antara 2 Kandidat
BACA JUGA:Kejati Tahan 7 Tersangka Kasus Korupsi KUR Bank Sumsel Babel Rp20 Miliar
Menurut Firdaus, dari total 13 ton ikan kerapu yang diekspor, rinciannya terdiri dari 1,5 ton kerapu Sunu, 0,3 ton kerapu Lumpur, 0,3 ton Bujur Timun, 5 ton kerapu Cantang, dan 6 ton kerapu Cantik.
Dengan dua kali ekspor ini, Belitung sudah kirim 26 ton ikan kerapu ke Hongkong pada tahun 2024. Meski begitu, Firdaus juga menambahkan kalau untuk sementara waktu, belum ada rencana ekspor lagi.
Namun demikian, stok ikan kerapu masih aman, diperkirakan ada sekitar 225 ton yang tersebar di Keramba Jaring Apung (KJA) milik para pembudidaya di Belitung.