Permasalahan Serius, Stunting di Beltim Urutan Kedua di Babel

Permasalahan Serius, Stunting di Beltim Urutan Kedua di Babel

BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR - Persentase stunting di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) menempati urutan kedua tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (Babel). Berdasarkan data yang dirilis BKKBN Provinsi Babel, menyatakan persentase stunting di Beltim menempati urutan kedua tertinggi setelah Kabupaten Bangka Tengah. Hal ini tentu menjadi permasalahan serius, mengingat stunting sangat mempengaruhi aspek tumbuh kembang anak-anak. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Beltim Yulhaidir membenarkan jika persentase stunting terbilang tinggi. Namun, sebaran kasus stunting tidak merata di tiap-tiap Kecamatan dan beberapa Desa. Yulhaidir menyatakan upaya mengatasi stunting juga dilakukan Pemerintah daerah dan BKKBN melalui dana penugasan stunting yakni BOK-KB. Adapun sasaran stunting juga lebih luas ketimbang tahun-tahun sebelumnya dengan target BGM (Bawah Garis Merah). "Dana terkait program khusus stunting memang benar dari BKKBN ada dana penugasan stunting melalui BOK-KB. Jadi memang dipersuratkan untuk menurunkan (stunting) itu. Untuk titik-titik yang masuk kategori BGM bisa juga dikatakan stunting Bawah Garis Merah kalau dulu kan BGM ya BGM saja," ujar Yulhaidir, Senin (21/2). Di Kecamatan Dendang misalnya, ada beberapa Desa yang masih memiliki kasus stunting cukup tinggi. Lainnya ada di Kecamatan Damar berdasarkan kategori-kategori yang termasuk stunting. "Sebenarnya kita belum terintegrasi antara di bidang Kesmas yang mengurusi stunting tapi sekarang ada penguatan PLKB juga untuk masa diawal kehamilan itu juga disupport. Seperti perkawinan terencana dan segala macam yang ditujukan untuk menekan angka stunting," jelas Yulhaidir. Ia mengakui upaya mengatasi stunting yang telah terjadi maupun belum terjadi, sudah dilakukan dengan berbagai inovasi di tingkat Kecamatan. Antara lain Kafe Sehat di Kecamatan Dendang, Posyandu Balita dan sejumlah inovasi lainnya. "Rata-rata di Puskesmas ada peran dalam rangka menurunkan stunting, tinggal kita sinkronkan data base saja berapa (persen) yang dari provinsi," ujar Yulhaidir. "Secara nasional kita masih rendah tapi paling tidak apapun bentuknya, mau tidak mau ada peran kita untuk menurunkan secara bersama-sama lintas sektor. Dengan berbagai inovasi maupun strategi masing-masing di wilayah," imbuhnya. Selain itu, peran penyuluh KB atau PLKB dalam rangka mencegah stunting perlu diperkuat seperti memastikan pasangan usia subur yang perlu dimatangkan. "Terlepas dari semua itu, upaya merupakan hal yang paling penting sebetulnya. Apalagi pemenuhan gizi termasuk sumber protein di Bangka Belitung cukup tinggi. Hanya saja mungkin karena gaya hidup dan komorbit terhadap tumbuh kembang anak itu juga perlu dilakukan pemantauan," tandasnya. (msi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: