Dua Tinggi
SAYA sengaja tidak menulis ini kemarin. Saya ingin tahu dulu sambutan publik pada reshuffle kabinet Selasa lalu: biasa-biasa saja.
Tidak ada harapan tinggi pada pejabat baru. Pun ketika untuk kali pertama ada orang Papua jadi wakil menteri dalam negeri: John Wempi Wetipo. Pun di saat Papua memerlukan pemecahan persoalan yang rumit.
Nur Hidayat, dari Narasi Institute, punya pendapat sama dengan Anda: reshuffle ini untuk kepentingan politik semata. Tidak untuk rakyat. Memang akan ada yang membantahnya: politik kan untuk rakyat juga. Yang dibantah pun bisa balas membantah: justru rakyat yang dipakai untuk politik.
Rasanya reshuffle ini tetaplah menarik. Setidaknya di sosok John Wempi Wetipo itu: apa yang akan dilakukan untuk Papua. Ia kelahiran Hulekaima, sekitar 1 jam naik mobil dari kota Wamena. Desa ini di pinggir sungai Baliem, sungai terpenting di Lembah Baliem. Hulekaima masih masuk Kabupaten Jayawijaya, yang beribu kota di Wamena.
John sendiri pernah menjadi bupati Jayawijaya. Dua periode pula.
Berarti John cukup mengakar di Jayawijaya. Juga di seluruh pegunungan kawasan itu: 9 kabupaten.
Itulah sebabnya John lantas berani mencalonkan diri sebagai gubernur Papua. Ia kalah oleh Lukas Enembe, gubernur Papua sekarang.
Di kawasan pegunungan itulah kerawanan sering terjadi. John punya konsep penyelesaian Papua. Mestinya. Berarti pengangkatan John sebagai wakil menteri dalam negeri sepenuhnya memang urusan politik. Politik untuk rakyat. Bukan sekadar politik untuk partainya: PDI-Perjuangan.
Bahkan dulu pun begitu. Ketika ia diangkat sebagai wakil menteri PUPR bisa dibilang sepenuhnya politik: agar tokoh harapan yang lagi kalah itu tidak begitu saja ''habis''.
Tentu, waktu itu, John tidak bisa langsung ke kementerian dalam negeri. Itu akan membuat John maupun Enembe kikuk. Kok langsung menjadi ''atasan'' yang mengalahkan.
Tiga tahun berlalu. Hubungan kalah-menang itu mestinya sudah lebih cair. Apalagi Enembe sudah tidak mungkin lagi jadi calon gubernur. Enembe memang masih muda. Baru 54 tahun. Tapi ini sudah periode keduanya sebagai gubernur Papua.
Dengan demikian tidak ada lagi persaingan di dalam selimut: pun bila John, 49 tahun, akan maju lagi sebagai calon gubernur.
Keduanya sama-sama berasal dari pegunungan yang sama. Hanya saja Enembe lahir di distrik Kembu, Kabupaten Tolikara. Itu lebih pedalaman dari Hulekaima, kampung John. Lebih jauh pula dari Wamena.
Memang kini sudah ada jalan darat dari Wamena ke Tolikara. Tapi perlu waktu 5 jam untuk ke sana dengan mobil. Itu pun belum sampai ke Kembu, distrik kelahiran Enembe. Masih harus naik sepeda motor lagi selama 3 atau 4 jam. Di sinilah suku Lani banyak tinggal, termasuk Enembe dulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: