Refleksi Kurikulum Merdeka: Guru Loss Everything

Refleksi Kurikulum Merdeka: Guru Loss Everything

Syahrial, S.T --

Sekolah-sekolah ini (kategori belajar dan berubah) kemudian mencari jalan pintas karena tekanan dinas pendidikan, dengan cara menyalin semua dokumen dari sekolah penggerak untuk menyelesaikan syarat menggunakan kurikulum merdeka yang sukses di atas kertas.

Hal ini tentu saja merugikan proses pembelajaran dan perkembangan anak-anak di sekolah tersebut. Kurikulum Merdeka ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan mengembangkan potensi anak-anak secara optimal, sehingga diperlukan partisipasi aktif dan komitmen dari semua pihak, termasuk guru, kepala sekolah, serta dinas pendidikan, untuk menerapkan kurikulum ini dengan baik dan benar.

Ketiga, beban guru dalam mengajar dan kegiatan sekolah dalam kalender akademik tidak memungkinkan mereka secara keseluruhan mendokumentasikan pembelajaran dan praktik, baik secara digital, kreatif, maupun inovatif.

Beberapa di antaranya, berhasil menerbitkan aksi nyata, tetapi mengorbankan jam belajar sehingga banyak keluhan para guru yang sibuk shooting dan meninggalkan kelas. Itu merupakan masalah yang serius karena penerapan kurikulum KM yang diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa, seharusnya tidak menambah beban bagi guru dan mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pemerintah dan dinas pendidikan harus memastikan bahwa penerapan KM dilakukan dengan tepat dan memperhatikan kondisi praktis di sekolah sehingga dapat menghindari masalah-masalah yang muncul.

BACA JUGA:Bahaya Bully Bagi Siswa SD dan Cara Pencegahannya

Tak jarang, para guru mengikuti dua pelatihan sekaligus secara daring dalam jam pelajaran, sekali tepuk tiga kegiatan dilaksanakan. Hal ini dapat menyebabkan guru kewalahan dan kurang fokus dalam pelatihan yang diikuti, sehingga dampaknya pada hasil pembelajaran siswa mungkin tidak optimal. 

Ini menunjukkan bahwa perlu ada pengaturan yang lebih baik dalam pelaksanaan pelatihan bagi guru, sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran siswa dan dapat memberikan hasil yang maksimal bagi perkembangan sekolah dan siswa.Yang terjadi, pelatihan jadi tak efektif dan layanan belajar terbengkalai. Jika siswa mengalami learning loss, guru loss everything. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: