Daun Matcha Jadi Incaran Dunia, Harga Selangit Tembus Rekor 2025

Daun Matcha Jadi Incaran Dunia, Harga Selangit Tembus Rekor 2025--(freepik)
TANJUNGPANDAN, BELITONGEKSPRES.CO.ID – Siapa sangka Matcha bisa dihargai selangit hingga diburu pasar internasional? Matcha, bubuk teh hijau khas Jepang yang mendunia, kini mencatat lonjakan harga tertinggi dalam sejarah.
Dari kafe-kafe hipster di Tokyo, kedai minuman kekinian di Jakarta, hingga restoran elit di New York, matcha terus mencuri perhatian berkat citranya sebagai superfood kaya manfaat kesehatan.
Permintaan matcha yang melonjak di berbagai belahan dunia dipicu oleh tren hidup sehat yang viral di media sosial serta bangkitnya sektor pariwisata setelah pandemi.
Namun, sayangnya popularitas yang meroket ini tidak sejalan dengan ketersediaan pasokan, sebab produksi matcha memerlukan proses yang rumit dan memakan waktu.
BACA JUGA:Investasi Menjanjikan untuk Ibu Rumah Tangga, 6 Pilihan yang Bisa Dicoba
Matcha berasal dari daun teh jenis tencha, yang harus dibudidayakan dengan metode khusus. Daun muda ditutup dari paparan sinar matahari untuk menghasilkan cita rasa umami khas, sebelum melalui tahapan panen, pengukusan, pengeringan, hingga digiling menjadi bubuk halus.
Ditambah lagi prosesnya membutuhkan banyak tenaga kerja, sementara Jepang alias Negeri Sakura kini menghadapi keterbatasan jumlah petani. Kondisi tersebut memicu harga meroket di pasar lelang.
Menurut Global Japanese Tea Association, harga tencha pada lelang musim semi 2025 di Kyoto menembus JPY 8.235 per kilogram (sekitar Rp823.500/kg), melonjak 170% dibanding tahun lalu.
Angka tersebut tak hanya melampaui rekor lama tahun 2016 silam sebesar JPY 4.862 per kilogram, tetapi juga membuat harga matcha eceran di Jepang dilaporkan naik dua kali lipat hanya dalam setahun terakhir. Beberapa toko bahkan membatasi pembelian untuk mencegah penimbunan.
BACA JUGA:Gubernur Pastikan Investasi Kebun Kelapa di Belitung Segera Berjalan, Beberkan Target Besar
Di sisi lain, melonjaknya harga juga mendorong ekspor teh hijau Jepang. Data Kementerian Keuangan Jepang mencatat nilai ekspor teh hijau 2024 mencapai JPY 36,4 miliar (sekitar US$247 juta), naik empat kali lipat dibanding satu dekade sebelumnya.
Dari total ekspor itu, 44% mengalir ke Amerika Serikat, terutama dalam bentuk bubuk matcha yang dipandang sebagai bahan makanan sehat penuh antioksidan.
Meski begitu, industri teh Jepang kini menghadapi tantangan baru: perubahan iklim. Gelombang panas ekstrem pada musim panas berpotensi memangkas panen teh tahun depan, yang dapat semakin memperketat pasokan dan mendorong harga lebih tinggi lagi.
Kekhawatiran itu sudah dirasakan pelaku usaha, mulai dari kafe hingga toko oleh-oleh. Meski mahal, matcha tetap jadi primadona wisatawan. Industri besar pun tak tinggal diam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: