BELITONGEKSPRES.CO.ID - Kota Tanjungpandan, Belitung mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm) pada Juni 2022 setelah sebelumnya tercatat inflasi sebesar 2,24% (mtm).
Deflasi di Tanjungpandan didorong oleh penurunan indeks harga komoditas aneka ikan, minyak goreng, cumi-cumi, udang basah, dan bawang putih.
Secara spasial, Kota Pangkalpinang juga mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya tercatat inflasi sebesar 0,85% (mtm).
Deflasi bulan ini terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga komoditas daging ayam ras, aneka ikan, angkutan udara, minyak goreng, bayam, cumi-cumi dan daging sapi.
Secara tahunan, Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 6,46% (yoy) lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 6,94% (yoy).
"Sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 6,61% (yoy) lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 7,02% (yoy)," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bangka Belitung (BI), Budi Widihartanto, Minggu (3/7).
Pada Juni 2022 Bangka Belitung (Babel) mengalami deflasi sebesar 0,15% (mtm). Meskipun inflasi nasional dan wilayah Sumatera yang umumnya cenderung meningkat. Bulan sebelumnya Babel mengalami inflasi sebesar 1,35% (mtm).
Turunnya tekanan indeks harga bulanan Babel pada Juni 2022, disebabkan oleh penurunan dari sisi permintaan. Seperti normalisasi harga timah dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang merupakan sektor utama di Babel.
Hal tersebut juga berpengaruh pada inflasi Babel secara tahunan yang sedikit menurun yaitu menjadi sebesar 6,52% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6,97% (yoy).
Selain normalisasi permintaan, deflasi pada Juni 2022 juga disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan dan pasokan aneka ikan. Itu seiring dengan peningkatan jumlah nelayan yang kembali beraktivitas.
"Hal ini menyebabkan indeks harga komoditas volatile food utama, terutama harga ikan-ikanan menurun. Komoditas volatile food lainnya juga mengalami penurunan harga terutama minyak goreng dan daging ayam ras," jelas Budi.
Budi menjelaskan, deflasi di Babel juga merupakan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan instansi terkait lainnya dalam pengendalian inflasi yang menunjukkan hasil yang baik.
Di samping itu, koordinasi High Level Meeting (HLM) TPID, monitoring ketersediaan pasokan komoditas. Terutama volatile food, kelancaran distribusi, dan Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang telah dilakukan dengan provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Jambi. Semua itu cukup efektif dalam menjaga stabilisasi harga.
"Selain itu, juga dorongan Bank Indonesia dengan memberikan rekomendasi upaya-upaya yang perlu dilakukan kepada seluruh TPID provinsi dan kabupaten/kota di Bangka Belitung," terang Budi.
Lebih lanjut ia memaparkan, laju penurunan indeks harga volatile food tertahan oleh kenaikan inflasi pada komoditas bahan pangan lain, terutama aneka cabai, bawang merah, sawi dan telur ayam ras.