BELITONGEKSPRES.CO.ID, JAKARTA - Informasi rekrutmen PPPK melalui sistem seleksi calon aparatur sipil negara (SSCASN) bagi guru lulus passing grade (PG) dibuka 22 September bikin heboh.
Pasalnya, banyak guru yang lulus passing grade sudah standby menunggu pembukaan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2022 tersebut
"Seleksi PPPK 2022 kapan dibuka ya? Ini info yang beredar katanya 22 September," kata Pengurus Perkumpulan Honorer K2 Indonesia (PHK2I) Dudi Abdullah, dilansir dari jpnn.com Rabu (21/9).
Dudi Abdullah mengatakan, banyak honorer yang menunggu pembukaan seleksi PPPK 2022. Bukan hanya guru lulus PG, tetapi juga honorer yang belum pernah ikut tes.
"Banyak guru lulus PG deg-degan menunggu seleksi PPPK 2022 dibuka. Mereka khawatir jika namanya tidak masuk dalam daftar yang diakomodasi tahun ini," ungkapnya.
Sementara itu, Deputi bidang Sistem Informasi Kepegawaian (Sinka) BKN Suharmen yang dikonfirmasi secara terpisah mengaku kaget dengan informasi tersebut.
Suharmen menegaskan, sampai hari ini Badan Kepegawaian Negara (BKN) sebagai penyedia SSCASN belum ada pengumuman informasi apa pun.
"Akun SSCASN PPPK 2022 dibuka tanggal 22 September? Kok saya baru tahu ya, karena belum ada informasi apa-apa," sebutnya.
Karena itu, Deputi Suharmen meminta seluruh honorer bersabar menunggu pengumuman resmi pemerintah. Ia meminta honorer jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak jelas alias hoaks.
Ia pun menyesalkan cukup banyak informasi diangkat sepotong-sepotong seolah-olah itu dari pemerintah.
Suharmen mencontohkan, informasi pembukaan seleksi PPPK 2022 yang menampilkan pertanyaan pejabat BKN.
"Yang bicara orang BKN, tetapi videonya dipotong sehingga seolah-olah benar, padahal enggak begitu kejadiannya," ujarnya.
Dia kembali menegaskan selama belum ada informasi resmi pemerintah, semua paparan yang disampaikan dalam forum apa pun hanya berupa estimasi.
Deputi Suharmen meminta guru lulus PG maupun honorer yang baru akan ikut seleksi tahun ini sebaiknya bersabar dan menunggu informasi resmi pemerintah.
"Jangan sampai ada korban karena percaya dengan informasi yang sumbernya tidak jelas itu," tandasnya.