Jika itu sampai terjadi, maka akan mematikan nelayan-nelayan pesisir Pantai Desa Lalang Kecamatan Manggar.
"Silahkan menambang di darat di tempat yang diperbolehkan, tetapi di Pantai dan di laut jangan," pintanya.
Dia melanjutkan, sebab baik nelayan ataupun penambang sama-sama mau mencari makan. Jadi, janganlah menciptakan konflik dan harus saling menghormati.
"Kalau Timah sudah habis ataupun tidak lagi ekonomis, maka Laut lah yang akan menghidupi kita. Oleh karena itu, laut harus kita jaga bersama-sama" kata Kik Hamka.
Kemudian, kepada Bupati mereka ingin menyampaikan kalau laut ini adalah aset Beltim yang memiliki nilai ekonomis. Makanya, jangan ada tambang laut.
BACA JUGA:Angka Pengangguran di Beltim Kembali Turun, Ikut Disumbang Tenaga Kerja Ritel Modern
Banyak hal yang bisa dikembangkan. Baik itu dari sisi konservasi, pariwisata, maupun potensi perikanan itu sendiri.
Sektor ini adalah sektor yang akan terus berkelanjutan untuk menggerakkan ekonomi jika dibandingkan dengan tambang laut.
Sampai sampai detik ini pun deposit atau nilai ekonomisnya kandung timah masih belum jelas. Belum lagi tambang laut ini juga masih menggunakan metode lama.
Tambang laut rentan merusak terumbu karang dan mencemarkan air laut, serta merupakan sektor yang tidak berkelanjutan.
Mereka pun paham Kabupaten butuh investasi. Namun masih banyak investasi lain kalau mau dan punya networking yang luas.
Oleh karena itu, mereka berharap kepada Bupati dapat membantu para nelayan untuk menjaga laut Belitung Timur tetap lestari.
Atas isu tambang laut pasti masuk, dugaan mereka isu ini hanyalah trik para oknum agar tercipta pemahaman di masyarakat.
''Daripada pendatang ngerusak kampong kite, baik kite urang kampong lah nok ngerusak e," ujar kik Hamka.
Selain itu, diduga isu itu sengaja diciptakan agar lambang laut dianggap seperti keinginan masyarakat. Dan memaksa agar tambang laut ini dimulai dari tambang ilegal masyarakat.