Dirinya juga menjelaskan, berdasarkan hitungan teknis, pembangunan pabrik guna menunjang hilirisasi komoditas timah di Babel bisa selama 23 bulan, dengan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 500 Miliar.
“Jadi tidak raksasa-raksasa amat sehingga masih dalam jangkauan yang bisa diraih perusahaan kita,” kata Pj Gubernur Babel yang telah memasuki masa pensiun tersebut.
Sebelumnya, Ridwan Djamaluddin mengucapkan bahwa semangat hilirisasi seperti ini adalah upaya untuk meningkatkan nilai manfaat tidak hanya bagi generasi masa kini tetapi juga generasi selanjutnya. Maka harus dilakukan, karena sangat bermanfaat secara luas, terutama membuka lapangan pekerjaan di Babel.
"Karena terbukanya lapangan pekerjaan bagi pemerintah adalah sebuah kewajiban dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Bonus demografi sudah ada di depan mata sehingga jika kita tidak menjalankan pembukaan lapangan pekerjaan maka akan terjadi berbagai macam ancaman. Hal-hal seperti ini saya kira patut menjadi perhatian kita bersama,” tegasnya.
Lebih lanjut diingatkan Ridwan selama ini pasir timah tidak dimanfaatkan dengan baik. Oleh sebab itu pasir timah yang banyak memiliki mineral ikutan kedepannya dapat lebih dimanfaatkan.
“Dalam konteks transisi energi pengolahan pasir silika ini menjadi bagian dari kontribusi Indonesia untuk energi terbarukan, sehingga konotasinya transisi energi itu tidak semata-mata memadamkan PLTU batu bara saja, tapi seberapa besar kontribusi Indonesia untuk mendukung industri lain dalam hal ini panel surya,” tukasnya.