Menurut Luthfi, sebenarnya setiap bulan maupun setiap menjelang pelaksanaan hari-hari besar keagamaan Islam, seperti bulan suci Ramadan dan sebagainya, maka pasti selalu akan diawali dengan terjadinya ijtimak matahari dan bulan untuk menandakan datangnya bulan baru.
Demikian juga dengan femonena terjadi gerhana matahari hibrid ini, ijtimak dan kongjungsi matahari ini terjadi di akhir bulan suci Ramadan 1444 Hijiriah.
Ini harus diyakini sebagai pesan dari Allah SWT bahwa matahari dan bulan ketika terjadi ijtimak, maka bisa menimbulkan sisi lain dan pengetahuan baru khususnya bagi orang-orang beriman yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan 1444 Hijriah.
“Makan ambillah hikmahnya dari fenomena gerhana matahari hibrid ini, bahwa benda alam sebesar itu pun masih bisa terjadi gesekan? Apalagi kita manusia. Sehingga sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta bumi dan langit beserta seluruh isinya,” kata Luthfi.
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Sah, Kemenag Tetapkan Idul Fitri 1444 Hijriah
Allah SWT melalui Rasullulah SAW juga mengajarkan tata cara salat, istiqfar disaat terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan sebagai wujud syukur dan tawakal atas mahabesar kuasa Allah SWT. Demikian jika terjadi suatu gesekan antara sesama manusia, maka hendaknya mampu bersabar dan tidak menonjolkan egoisme diri.
Oleh karenanya sekali lagi, mari ambil hikmanya atas terjadinya fenomena gerhana matahari hibrid ataupun gerhana bulan. Karena ini merupakan fenomena yang lumrah terjadi, dan bagi umat muslim sangat dilarang untuk menghubung-hubungkan fenomena alam ini dengan bentuk-bentuk faganisme, magisme dan semacamnya,” tegas tokoh pendidikan di Babel ini. (*)