BELITONGEKSPRES.CO.ID - Hasil penelitian terbaru yang diterbitkan Desember 2023 di European Journal of Preventive Cardiology tentang manfaat sayuran tomat.
Nutrisi tomat yang mengandung potasium atau kalium, ternyata bisa membantu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi efek natrium dalam tubuh.
Karenanya, makan tomat setiap hari bermanfaat bagi kesehatan jantung bahkan dapat berperan dalam membantu mencegah dan mengelola hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Penulis studi Rosa Maria Lamuela-Raventos, PharmD mengatakan, tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi, tersedia secara luas, dan terjangkau di seluruh dunia.
BACA JUGA:Selain Lalapan, Ini 10 Manfaat Minum Jus Mentimun Bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:6 Khasiat Air Rebusan Daun Pepaya yang Jarang Orang Ketahui
"Makanan ini memainkan peran penting dalam beberapa diet terbaik, termasuk diet Mediterania," ungkap Rosa Maria Lamuela-Raventos, dikutip dari Health, Jumat 6 Januari 2024.
Jurnal hasil penelitian ini diterbitkan setelah melibatkan lebih dari 7.000 orang dewasa di Spanyol yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Peserta diminta untuk mengisi kuesioner terkait gaya hidup, status kesehatan, dan kebiasaan makan mereka, termasuk konsumsi tomat.
Konsumsi tomat harian melibatkan makan tomat mentah atau produk tomat, seperti saus tomat, gazpacho, atau sup tomat dingin ala Spanyol.
BACA JUGA:Alasan Kelompok Orang Kondisi Tertentu Tidak Boleh Konsumsi Jahe
BACA JUGA:10 Penyebab Kerutan Wajah di Usia Muda yang sering Tanpa Kamu Sadari
Selanjutnya, konsumsi tomat peserta dikategorikan ke dalam empat kelompok berdasarkan ukuran porsi, yaitu terendah (kurang dari 44 gram), menengah (44–82 gram), menengah atas (82–110 gram), dan tertinggi (lebih dari 110 gram).
Hasilnya, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi tomat yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko hipertensi hingga 36 persen. Bahkan, konsumsi tomat dalam jumlah sedang juga memiliki efek menurunkan tekanan darah.
Namun, perubahan yang kurang signifikan terlihat pada peserta dengan tekanan darah tinggi. Para peneliti berspekulasi bahwa faktor-faktor seperti usia yang lebih tua, tekanan darah tinggi yang telah berlangsung lama, dan risiko lainnya mungkin membuat perubahan signifikan lebih sulit terjadi pada kelompok ini.