Inisiasi proyek ini tidak terlepas dari hasil pemantauan langsung dari pihak eksplorasi PT Timah sendiri. Awalnya, dalam pemantauan mereka di pantai Tanjung Gunung, terdapat klaim bahwa lokasi tersebut memiliki kandungan pasir timah dalam jumlah jutaan ton.
Oleh karena itu, diperlukan eksplorasi pasir timah dan pembangunan Cutter Suction Dredger (CSD). CSD merupakan metode penambangan lepas pantai yang menggunakan air sebagai media pembawa untuk mengalirkan material tambang dari dasar laut ke unit penyaringan di darat.
Unit di darat ini dikenal sebagai washing plant atau pemipaan, yang merupakan komponen kritis dalam proses penyaluran pasir kandungan timah.
Adapun CSD sendiri adalah kapal isap yang dirancang untuk memindahkan berbagai material, termasuk tanah, pasir, atau lumpur yang berada di bawah permukaan air. CSD dilengkapi dengan kepala pemotong di pintu masuknya, yang dapat digunakan untuk menangani material keras seperti batu atau kerikil.
BACA JUGA:Korupsi Dana Desa Bikin Sesak Dada, Kades dan Bendahara Tilap Dana Yatim dan Posyandu
BACA JUGA:Link dan Cara Pendaftaran CPNS 2024, Berikut Syarat dan Kelengkapan Dokumen
Namun, terdapat fakta mengejutkan bahwa proyek ini, dengan biaya sekitar Rp 100 miliar, hanya membangun washing plant tanpa melibatkan pembangunan CSD yang seharusnya menjadi bagian integral dari eksplorasi ini.
Masalahnya tidak hanya sebatas itu, rupanya, pengadaan mesin washing plant dilakukan melalui perakitan, bukan pembelian built-up yang melibatkan lelang dan pihak ketiga. Proses perakitan ini dilakukan oleh bagian logistik PT Timah.
Lebih memprihatinkan, mesin-mesin tersebut ternyata tidak mampu beroperasi secara normal. Dengan kata lain, seringkali mengalami kerusakan yang menghambat operasional kerja eksplorasi. Diduga kuat bahwa pengadaan mesin proyek tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Tidak hanya sampai di situ, masalah ini semakin diperparah karena hasil eksplorasi pasir timah ternyata tidak sesuai dengan harapan. Pada awalnya, PT Timah mengklaim bahwa kandungan pasir timah mencapai jutaan ton berdasarkan hasil visibility.
BACA JUGA:Pembelian LPG 3 Kg Hanya Bisa untuk Pengguna Terdaftar
BACA JUGA:Rekrutmen CPNS dan PPPK 2024 Segera Dibuka, Ini Link Pendaftaran
Namun, kenyataannya hasil yang diperoleh jauh dari ekspektasi. Singkatnya, PT Timah mengalami kerugian dalam eksplorasi di Tanjung Gunung karena hasil visibility tersebut tidak dapat terpenuhi.
Informasi bocoran dari internal penyidik mengungkapkan bahwa mesin-mesin tersebut mengalami masalah sehingga tidak dapat beroperasi dengan baik.
Namun, yang mengejutkan adalah bahwa meskipun mesin bermasalah, pada tahun 2018 terjadi serah terima hasil proyek antara kepala logistik dan kepala produksi darat, yang pada saat itu dijabat oleh pejabat berinisial Su.
“Kesannya dari serah terima itu seolah-olah proyek itu baik-baik saja dan layak untuk dioperasikan. Namun, kenyataannya tidak demikian,” ungkap sumber.