Kondisi proyek saat ini disebut lebih parah lagi, terutama pada mesin-mesin di washing plant yang kini hilang tanpa jejak. "Pada dasarnya, mesin-mesin dan pengadaannya memiliki berbagai masalah. Semua mesin diangkut entah ke mana," kata sumber tersebut.
BACA JUGA:Kejagung Ungkap Korupsi Timah Klaster BUMN dan Pemda di Babel, Begini Modusnya
BACA JUGA:KPK Bongkar Korupsi Penyaluran Bansos Beras, Temukan Barang Bukti Ini di Kantor Kemensos
Bocoran harian menunjukkan bahwa bagian-bagian mesin tersebar di berbagai tempat, seperti Belitung, Belinyu, hingga Muntok. Singkatnya, proyek CSD Tanjung Gunung sekarang tidak lagi beroperasi sama sekali.
Wartawan Babel Pos bahkan mendapat informasi dari sumber bahwa modus-modus dan praktik curang dalam logistik seperti ini sudah lama terjadi dan seringkali berulang di perusahaan plat merah tersebut.
"Pengadaan dengan modus-modus assembling seharusnya tidak boleh terjadi. Seharusnya harus melalui lelang karena harga mesin pertambangan itu di atas Rp 500 juta.
Namun, karena ada niat tidak baik, pengadaannya dilakukan melalui assembling atau membeli bagian-bagian lalu merakit sendiri," ungkapnya.
"Pembelian bagian-bagian mesin tersebut untuk dirakit sendiri sudah ada pihak langganan khususnya. Jadi, bagian logistik tinggal memesan secara rutin," tambah sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.