Gedung InaTEWS di Bali adalah bagian dari upaya mitigasi dan manajemen risiko dalam situasi darurat jika operasional InaTEWS di Kemayoran, Jakarta terganggu.
BACA JUGA:Tidak Semua PNS Berhak Dapat THR dan Gaji ke-13 Tahun 2024, Siapa Saja?
BACA JUGA:Kabar Baik Bagi Honorer Beltim, 1564 Usulan Formasi Seleksi ASN 2024 Disetujui
Kehadiran Gedung InaTEWS di Bali diharapkan dapat memastikan kelancaran operasional sistem peringatan dini tsunami.
Terutama dalam situasi terburuk seperti terjadinya gempa megathrust dengan kekuatan besar di lepas pantai Samudra Hindia.
Dalam situasi seperti itu, jika pusat gempa berjarak lebih dari 250 kilometer dari pantai, ada risiko bahwa operasional InaTEWS BMKG di Jakarta akan terganggu karena gangguan komunikasi atau kerusakan pada gedung operasionalnya.
Oleh karena itu, diperlukan rekonstruksi gedung operasional InaTEWS di Jakarta dengan standar kekuatan gempa dan ketahanan terhadap likuifaksi.
BACA JUGA:Alasan Bos PT GFI Belitung yang Terseret Korupsi Mangkir dari Panggilan Penyidik Kejati
BACA JUGA:Kejagung Kembali Periksa 5 Saksi Dari Jajaran PT Timah, Perkuat Bukti Korupsi
Gedung yang digunakan saat ini sebenarnya adalah bekas gedung Bandara Kemayoran yang dibangun pada tahun 1980-an.
Pembangunan kembali gedung operasional ini menjadi sangat penting untuk memastikan kelancaran operasional sistem peringatan dini tsunami, yang merupakan aspek krusial dalam menjaga keselamatan masyarakat.
Dalam upaya mengelola risiko bencana alam, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi harus terus diperkuat.
Pembangunan infrastruktur yang tangguh dan tahan bencana adalah salah satu strategi untuk mengurangi kerugian akibat bencana alam.
BACA JUGA:Terkait Korupsi, Bos Asal Belitung Mangkir dari Panggilan Penyidik Kejati Babel
Selain itu, penting untuk terus memantau dan mengevaluasi sistem peringatan dini yang ada serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam manajemen bencana.