JAKARTA, BELITONGEKSPRRES.CO.ID - Dukungan pemberdayaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) terhadap pelaku UMKM terbukti mampu mendorong pelaku usaha lokal menembus pasar global.
Salah satunya adalah Mahayusi, pengusaha aksesoris mutiara asal Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),yang berhasil membawa brand I Love Mutiara dikenal hingga mancanegara.
Berkat pendampingan dan program pemberdayaan BRI, Mahayusi kini menjelma menjadi salah satu contoh sukses UMKM yang naik kelas dan go international.
Kisah inspiratifnya menjadi bukti bahwa dengan akses pembiayaan yang tepat serta strategi pemasaran yang terarah, UMKM Indonesia mampu bersaing di pasar dunia. Bagaimana kisahnya?
Sejak mendirikan brand “I Love Mutiara” pada tahun 2011, Mahayusi berhasil meraih omzet jutaan rupiah dan menembus pasar internasional. Namun, kesuksesan tersebut tidak diraih dalam sekejap.
BACA JUGA:Kisah Suryani, Kartini Masa Kini Pejuang Ekonomi yang Naik Kelas Berkat KUR BRI
Sebelumnya, ia sempat menekuni usaha di bidang dekorasi rumah (home decor), namun bisnis tersebut tidak mampu bertahan lama. Kegagalannya menjadi guru yang berharga untuk melangkah maju.
Dari kegagalan itu, Mahayusi memperoleh pelajaran berharga tentang pentingnya memilih usaha dengan pasar yang berkelanjutan. Berbekal pengalaman tersebut, ia mulai fokus mengembangkan produk aksesori berbahan dasar mutiara yang kini digemari wisatawan lokal hingga mancanegara.
“Aksesori mutiara memiliki daya tarik abadi, terutama bagi kaum perempuan yang selalu ingin tampil berbeda dalam setiap kesempatan. Di bisnis ini, saya bisa bertahan karena memang perempuan selalu butuh aksesori,” katanya, Rabu 8 April 2025.
Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, Mahayusi menerapkan strategi penjualan yang fleksibel dengan menghadirkan produk dalam berbagai rentang harga, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp75 juta, bergantung pada kualitas serta keunikan masing-masing mutiara yang ditawarkan.
BACA JUGA:Melalui UMKM EXPO(RT), BRI Bantu Pelaku UMKM Aksesori Ini Dapatkan Akses Pasar Global
“Alhamdulillah, perkembangannya lumayan (cukup baik). Saat menjual di kapal pesiar, kadang bisa memperoleh 300 hingga 500 dolar AS,” ungkap Mahayusi.
Tak hanya mengandalkan variasi harga, Mahayusi juga fokus pada pendekatan personal dalam penjualan. Ia membuka gerai fisik di Pasar Seni Senggigi, Lombok.
Ia juga rutin menawarkan produknya langsung kepada para wisatawan kapal pesiar yang singgah di wilayah tersebut, agar bisa berinteraksi langsung dan memahami kebutuhan konsumennya dengan lebih baik.
Mahayusi memilih strategi penjualan offline karena ingin memberikan pengalaman belanja yang lebih personal kepada pelanggan. Dengan cara ini, pelanggan bisa melihat langsung kualitas mutiara yang ditawarkan dan memilih sesuai dengan selera serta karakteristik yang diinginkan.