Tidak ada penjelasan teknis terbuka tentang apakah data disimpan dalam bentuk hash terenkripsi, bagaimana enkripsinya bekerja, atau apakah data dapat diakses oleh pihak ketiga.
“Jika di masa depan semua akses—mulai dari layanan publik hingga keuangan—mengandalkan biometrik, maka kontrolnya bukan lagi di tangan negara, tetapi di korporasi pemilik teknologi tersebut,” tegas Adila.
Peringatan ini mencerminkan kekhawatiran global mengenai dominasi perusahaan teknologi dalam mengelola data sensitif warganet.
Tanpa regulasi ketat dan mekanisme pengawasan, pemrosesan data retina bisa menjadi alat pengawasan massal terselubung.
BACA JUGA:10 Aktor Terkaya Dunia 2025, Siapa Paling Tajir?
Imbalan Finansial vs Hak Privasi: Masyarakat Perlu Edukasi
Adila menilai, masyarakat harus lebih kritis sebelum menyerahkan data biometrik hanya karena tergiur insentif uang. Ia menekankan bahwa perlu ada pemahaman luas bahwa data biometrik adalah aset digital yang bernilai tinggi dan tidak boleh diserahkan sembarangan.
“Paspor bisa diganti, kata sandi bisa di-reset. Tapi retina? Tidak. Jika disalahgunakan, kerugiannya bisa jangka panjang dan tidak terdeteksi dengan mudah,” tambahnya.
Bahkan ia mencontohkan, dalam skenario masa depan di mana verifikasi perbatasan internasional menggunakan retina mata, maka siapa yang mengontrol database biometrik akan mengontrol akses fisik seseorang ke dunia nyata.
Pentingnya Regulasi dan Kesadaran Digital
Fenomena aplikasi seperti World App seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah dan publik untuk memperkuat perlindungan data biometrik.
BACA JUGA:Waspadai Spyware! 7 Cara Ampuh Lindungi Komputer dari Pencurian Data
Indonesia sendiri belum memiliki regulasi khusus yang mengatur secara rinci penggunaan data retina, termasuk standar keamanan, enkripsi, hingga batasan distribusi data oleh pihak ketiga.
Adila mengimbau agar negara hadir melalui regulasi dan pengawasan, serta mendorong literasi digital agar masyarakat memahami nilai dan dampak dari data yang mereka berikan.
Ia juga menekankan perlunya audit independen terhadap perusahaan pengelola data biometrik agar tidak terjadi penyalahgunaan yang tidak diketahui publik.
Kesimpulan
Teknologi pemindaian retina seperti yang digunakan dalam World App memang menjanjikan efisiensi dan keamanan dalam verifikasi identitas digital. Namun di balik itu, terdapat risiko besar terhadap privasi, hak kendali atas identitas, dan kedaulatan digital pengguna.
BACA JUGA:6 Aplikasi Penghasil Uang 100 Ribu per Hari Terbaru Mei 2025, Cuma Modal HP!