Dalam kasus tertentu, waktu konsumsi obat juga memengaruhi frekuensi buang air kecil.
Jika itu penyebabnya, dokter biasanya akan menyarankan perubahan jadwal minum obat, misalnya dari malam ke pagi hari.
Risiko Kesehatan dan Solusi Pengobatan
Walaupun nocturia bukan penyakit mematikan, dampaknya terhadap kualitas tidur tidak bisa dianggap enteng.
Kurangnya tidur berkualitas bisa berkontribusi pada kelelahan kronis, penurunan konsentrasi, hingga penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.
“Jika sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan tunda konsultasi ke dokter,” ujar Dubin.
Menurutnya, penanganan tepat hanya bisa dilakukan jika riwayat medis, gaya hidup, dan gejala pasien dievaluasi secara menyeluruh.
BACA JUGA:Lebaran Sehat: Cara Nikmati Hidangan Tanpa Takut Hipertensi & Kolesterol
Bagi penderita diabetes, hipertensi, atau gangguan prostat, pengelolaan penyakit utama bisa menjadi langkah penting dalam mengatasi nocturia.
- NIH menyarankan terapi gabungan sebagai solusi, mulai dari:
- Terapi perilaku (pengaturan waktu minum dan kebiasaan tidur)
- Perubahan gaya hidup
- Pemberian obat-obatan, jika memang dibutuhkan
Jangan Anggap Remeh: Dengarkan Sinyal Tubuh
Pada akhirnya, bangun malam untuk buang air kecil bukan hanya soal kenyamanan tidur, melainkan bisa jadi alarm awal dari tubuh. Dubin menekankan pentingnya kesadaran diri.
“Kalau Anda merasa ada yang tidak beres, jangan tunggu parah. Datang dan periksakan diri,” tegasnya.***