Meski awalnya penuh tantangan, konsistensi keduanya membuahkan hasil: Tokopedia kini menjadi salah satu marketplace terbesar di Indonesia, dengan jutaan penjual dan pembeli aktif.
BACA JUGA:Kisah Sukses Pengusaha Pakan Ternak Ponorogo, Bukti KUR BRI Dorong Usaha Berkembang
3. Rizky Arief Dwi Prakoso – HMNS Parfum
Nama Rizky Arief Dwi Prakoso semakin melambung berkat produk parfum lokal HMNS yang digandrungi anak muda. Lulusan teknik geologi ITB ini awalnya bercita-cita bekerja di industri tambang.
Bahkan, ia sempat mendapat tawaran dari perusahaan besar. Namun pengalaman bekerja di PT Brodo Ganesha Indonesia justru mengubah arah hidupnya.
Hanya dengan modal Rp 15 juta, Rizky meluncurkan HMNS pada 2018. Setahun kemudian, pandemi Covid-19 menghantam bisnisnya. Tanpa bisa mengandalkan offline store, Rizky memanfaatkan kemampuannya menulis copywriting untuk memperkenalkan produk secara digital.
Strategi pemasaran kreatifnya berhasil, HMNS bertahan melewati krisis, bahkan kini menjelma menjadi salah satu brand parfum lokal paling diminati.
4. Yukka Harlanda – Brodo
Kisah Yukka Harlanda, pendiri Brodo, bermula dari kesulitan pribadi. Saat mencari sepatu formal, ia kesulitan menemukan ukuran yang pas. Dari situlah lahir ide untuk membuat sepatu pria lokal dengan desain formal.
BACA JUGA:6 Franchise Paling Sukses di Indonesia, Peluang Bisnis yang Patut Dicoba!
Bersama rekannya, Putera, Yukka memulai usaha dengan modal Rp7 juta pada 2010, memproduksi 40 pasang sepatu dari pengrajin Cibaduyut.
Pemasaran dilakukan lewat media sosial seperti Kaskus dan Facebook, serta pameran lokal. Berkaut kualitas produk yang baik membuat Brodo lebih cepat mendapat pelanggan setia.
Tidak hanya itu, bisnis ini juga mendapat suntikan modal dari investor Christopher Angkasa untuk ekspansi. Sekarang Brodo sudah memiliki toko fisik, website resmi, dan dikenal menjadi salah satu brand sepatu lokal kebanggaan Indonesia.
5. Andanu Prasetyo – Kopi Tuku
Kedai kopi lokal Kopi Tuku yang identik dengan kopi susu gula aren lahir dari tangan Andanu Prasetyo pada 2015 di Cipete, Jakarta Selatan. Misinya sederhana: memperkenalkan kopi lokal dengan cita rasa khas kepada masyarakat urban.
Awalnya, kedai mungil ini hanya melayani pelanggan sekitar. Namun, popularitasnya kian melejit setelah banyak orang membicarakan rasa unik kopi susu buatannya.