Kisah Putri Konglomerat Indonesia yang Pernah Jadi Ibu Negara China, Ini Sosoknya

Kisah Putri Konglomerat Indonesia yang Pernah Jadi Ibu Negara China, Ini Sosoknya

Kisah Oei Hui-lan, putri konglomerat Indonesia asal Semarang Jawa Tengah yang pernah menjadi Ibu Negara China--(ist/wikipedia)

BACA JUGA:Google Kenalkan Android 16: Fitur Keamanan Baru Siap Bikin Hacker Angkat Tangan

Dari pergaulan global inilah jaringan sosial Oei Hui-lan terbentuk, yang kemudian mempertemukannya dengan tokoh penting dalam sejarah China: Wellington Koo.

Jatuh Cinta di London, Menjadi Ibu Negara di Beijing

Pertemuan mereka terjadi sekitar tahun 1920 di London, saat Hui-lan telah berstatus janda dan tinggal bersama ibunya.

Sementara itu, Wellington Koo, diplomat kawakan dari China, juga duda, tengah menjalankan tugas diplomatik mewakili negaranya. Wellington Koo bukan diplomat sembarangan.

Ia dikenal sebagai sosok berpengaruh dalam perumusan kebijakan luar negeri China dan menjadi salah satu tokoh penting dalam pembentukan Liga Bangsa-Bangsa—organisasi yang menjadi cikal bakal PBB.

BACA JUGA:Inilah 10 Skin Game Termahal dan Terlangka di Dunia: Visual Eksklusif Bernilai Fantastis

Mereka menikah pada tahun 1921 di Brussel, Belgia. Tak lama kemudian, karier politik Koo melesat cepat.

Pada tahun 1926, setelah Presiden Sun Yat Sen wafat, Koo ditunjuk sebagai pelaksana tugas Presiden Republik China.

Dengan posisi tersebut, Oei Hui-lan secara resmi menjalankan peran sebagai Ibu Negara China.

Selama menjabat sebagai pendamping kepala negara, Hui-lan kerap menemani suaminya dalam kunjungan diplomatik ke berbagai negara.

Ia tampil sebagai perempuan modern, anggun, dan dihormati banyak kalangan elite dunia.

BACA JUGA:Daftar Lengkap Juara Indonesian Idol dari Season 1 hingga 12 dan Hadiah yang Diperebutkan

Antara Politik dan Gaya Hidup Kosmopolitan

Meski tak memegang peran politik langsung, Oei Hui-lan sangat memahami pentingnya diplomasi lunak.

Ia sering mewakili China di berbagai acara kenegaraan dan menjadi wajah publik dari Republik China di masa transisi pemerintahan.

Namun peran ini tak berlangsung lama. Pada tahun 1927, Wellington Koo mengundurkan diri dari jabatannya. Mereka kemudian menetap di berbagai kota seperti Shanghai, Paris, dan London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: