Drama Bharada E, Penembak Jitu Itu

Minggu 07-08-2022,13:26 WIB
Editor : Yudiansyah

“Peristiwa Duren Tiga memang bukan peristiwa biasa. Sampai akhirnya Kapolri memutus perwira tinggi sampai Tamtama dinonaktifkan agar tidak menghambat penyidikan,” kata Syamsul Arifin.

Sayangnya surat telegram Kapolri belum bisa menimbulkan efek jera. Karena dinilai masih setengah hati.

“Saya usul mereka yang suka bicara bohong di hadapan publik dicopot saja dari jabatannya. Malu, masa Polisi bohong,” tukas Syamsul.

BACA JUGA:Partai Kedua Liga Bupati Belitung, Sijuk 1 dan Tanjungpandan 2 Bermain Imbang

Psikologi masyarakat, lanjut Syamsul, tetap tidak percaya dengan Polri meski sedikit diobati dengan TR yang beredar.

Pasalnya, polisi sukses membuat publik bingung dengan perkara tersebut. Itu pangkal kekecewaannya. Belakangan penyampai informasi di tubuh Polri kerap blunder. 

Penjelasan Humas Mabes Polri dan Polda Metro Jaya tak sinkron dan kerap memunculkan keanehan.

Wajar jika publik, keluarga korban, pengacara menilai ada yang janggal. Ada yang tidak beres dari peristiwa kematian Brigadir J.

BACA JUGA:Bharada E Tumbal Kematian Brigadir J? Pengacara: Silahkan Dibuktikan

“Ingat, tagline-nya Presisi lho. Presisi jangan blunder dong. Blunder itu akar memunculkan spekulasi publik," ujar Syamsul.

Syamsul juga mengkritik Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran karena menunjukkan sikap tidak profesional. 

Imran terkesan berpihak dan menyakiti rasa keadilan atas hilangnya nyawa Brigadi J yang notabene sesama polisi.

“Dia buang badan. Seakan tidak paham dengan masalah polisi tembak polisi itu? Padahal kejadiannya di wilayah kerjanya,” kata Syamsul.

Lalu, Fadil Imran sering teriak-teriak dalam melawan kejahatan yang terjadi di ibukota. 

BACA JUGA:Pemkot Pangkalpinang Luruskan Informasi Penghapusan Honorer, Ini Kata Molen di Hadapan Ribuan PHL

Bahkan, sempat menyatakan akan ‘memblender’ kepala yang dipotong Kapolri. “Eh kok malah pelukan. Rasa empatinya di mana,” ucap Syamsul.

Kategori :