BELITONGEKSPRES.CO.ID - Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah. Dari ujung barat hingga timur, desa-desa di tanah air menyimpan potensi besar, baik dari sektor pariwisata, perikanan, pertanian, hingga industri kreatif.
Namun, hanya segelintir desa yang berhasil mengelola potensi tersebut menjadi mesin ekonomi yang mampu menghasilkan pendapatan miliaran rupiah setiap tahunnya. Mereka inilah yang dikenal sebagai desa-desa terkaya di Indonesia.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya konsep ekonomi berbasis komunitas (community-based economy) dan pendekatan sustainable development dalam tata kelola desa.
Menurut studi dari World Bank, desa yang mampu mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat lokal berpeluang besar untuk mencapai peningkatan kesejahteraan yang merata.
BACA JUGA:10 Aktor Terkaya Dunia 2025, Siapa Paling Tajir?
Berikut ini adalah daftar 7 desa terkaya di Indonesia, disertai analisis sumber kekayaannya dan strategi pembangunan yang mereka lakukan.
1. Desa Kutuh, Bali
Pendapatan: ± Rp50 Miliar/Tahun
Desa Kutuh di Kecamatan Kuta Selatan, Bali, merupakan simbol suksesnya integrasi pariwisata dan budaya lokal. Daya tarik utama desa ini adalah Pantai Pandawa dan kawasan Gunung Payung Cultural Park.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Kutuh berhasil mengelola destinasi wisata secara profesional. Menurut laporan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, desa ini mencetak pendapatan lebih dari Rp50 miliar per tahun yang sebagian besar berasal dari tiket masuk, parkir, dan pengelolaan fasilitas pariwisata.
Desa Kutuh menjadi contoh penerapan ekowisata berbasis masyarakat, di mana masyarakat dilibatkan sebagai pelaku utama ekonomi, bukan sekadar objek pembangunan.
BACA JUGA:Inilah Sosok Pengemis Terkaya di Dunia, Miliki Harta Rp 14 Miliar dan Apartemen Mewah
2. Desa Bender, Jawa Tengah
Pendapatan Per Kapita: Rp80–120 Juta/Bulan
Terletak di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Desa Bender dikenal sebagai "Desa Sultan". Sumber kekayaan utamanya berasal dari industri perikanan tangkap dan armada kapal yang dimiliki warga.
Sebagian besar keluarga di Bender mengoperasikan kapal nelayan besar hingga kelas kapal ekspor. Laporan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah mencatat nilai transaksi hasil laut desa ini mencapai puluhan miliar rupiah per tahun.
Pendekatan pembangunan Bender memperlihatkan keberhasilan desa dalam memanfaatkan blue economy—ekonomi yang berakar dari sektor kelautan yang berkelanjutan.