Kisah Alan Efendhi, Inovator Aloe Vera yang Menyemai Kehidupan di Lahan Gersang Gunungkidul

Senin 15-09-2025,14:38 WIB
Reporter : Yudiansyah
Editor : Yudiansyah

Pesan Alan untuk generasi muda begitu kuat. Setiap orang punya kesempatan yang sama. "Jangan sekadar mengejar kepentingan pribadi, tapi ciptakan usaha yang memberi manfaat bagi lingkungan sekitar," ujarnya.

Menurut Alan, budi daya lidah buaya adalah peluang besar bagi generasi muda. Tanaman ini mudah dirawat, tahan di lahan kering, dan minim hama. "Pergantian pupuk cukup 4–5 bulan sekali, penyiraman hanya setiap 3–4 hari, serta panen tidak tergantung musim," tuturnya.

Bahkan, perhitungan sederhana menunjukkan potensi keuntungan yang menjanjikan. Misalnya produktivitas 2,5 ton per hektare per bulan dengan harga jual Rp5.000–Rp6.000 per kilogram.

"Pendapatan kotor bisa mencapai Rp12,5 juta. Setelah dikurangi biaya perawatan sekitar Rp5 juta, keuntungan bersih minimal Rp7,5 juta sebulan," jelas Alan.

Dalam perjalanan bisnisnya, Alan banyak mendapat dukungan, termasuk dari Dompet Dhuafa yang membantu menyediakan peralatan dan memfasilitasi pemberdayaan warga.

Kolaborasi ini membuka jalan bagi masyarakat sekitar yang semula hanya buruh tani berpenghasilan Rp90 ribu sehari. "Kini bisa memperoleh Rp100 ribu hanya dalam dua jam saat melayani turis di Aloe Land," ungkapnya.

Lebih dari sekadar bisnis, Alan menjadikan Aloe Land sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan. Ia berbagi ilmu secara gratis, mendistribusikan bibit, hingga membuka kesempatan praktik kerja lapangan bagi mahasiswa pertanian.

Mimpi Besar untuk Gunungkidul


Eduwisata di Aloe Land yang dipandu Alan Efendhi--(Dok: Alan Efendhi)

Sebagai CEO Rasane Vera sekaligus pendirikan Moun Vera Sejati, Alan berharap produknya kelak menjadi ikon Gunungkidul, seperti carica di Dieng atau apel Malang.

Ia tengah menyiapkan sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) yang ramah lingkungan, di mana limbah aloe vera dapat diolah menjadi pupuk kompos dan cair.

Hingga kini Alan pun tetap terjun langsung di kebun, mendampingi petani, sekaligus mengembangkan usaha Aloe Liquid. Baginya, kesuksesan yang ia raih hanyalah bonus. 

Itu sesuai filosofi yang ia pegang teguh, Khoirunnas anfa’uhum linnas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya- kini benar-benar hidup dalam dirinya. 

Alan membuktikan tanah gersang pun bisa menumbuhkan kehidupan, asal ada keyakinan dan keberanian. Kisah Alan adalah undangan bagi generasi muda.

Anak mudah jangan takut pulang kampung, jangan malu menjadi petani, dan jangan ragu bermimpi besar, bahkan ketika tanah tempat berpijak tampak gersang. Karena dari tanah tandus pun, harapan bisa tumbuh subur.

Di tanah kering Gunungkidul tempat kelahirannya, Alan mampu membuktikan bahwa keyakinan, keberanian pulang, dan kerja keras bisa menumbuhkan kehidupan baru. Baginya, pertanian modern bukan hanya milik orang tua, melainkan peluang emas bagi generasi muda Indonesia.***

Kategori :