Kini, seluruh mata warga Tanjung Binga tertuju pada Oktober 2025, saat tim juri WIA datang menilai. Bagi mereka, apa pun hasil akhirnya, nominasi ini sudah menjadi bukti bahwa kerja keras dan gotong royong bisa mengangkat nama desa ke panggung nasional.
Namun tentu saja, mereka masih menyimpan harapan besar: agar Desa Tanjung Binga, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung kelak menjadi desa wisata terbaik Indonesia 2025.
Jejak Awal Menjadi Kampung Wisata
Perjalanan Tanjung Binga sebagai desa wisata tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya sebagai pionir Kampung Berseri Astra (KBA) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Sejak tahun 2017, Desa Tanjung Binga telah menjadi bagian dari program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang mengintegrasikan empat pilar utama: pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan.
Parak atau tempat menjemur ikan asin-Istimewa-
Melalui program ini, masyarakat setempat tidak hanya menerima bantuan berupa moda transportasi seperti motor boat, sampan, hingga mesin kapal, tetapi juga pendampingan berkelanjutan.
Kelompok UMKM, yang sebagian besar digerakkan oleh kaum perempuan, mendapatkan pelatihan pengolahan produk ikan serta pengembangan diversifikasi olahan laut.
Dari sinilah lahir produk ikan olahan kering (ikan asin) berkualitas tinggi yang kini tak hanya mengisi pasar lokal, tetapi juga menembus distribusi ke berbagai daerah di Indonesia. Lebih membanggakan lagi, hasil kerja keras warga Tanjung Binga sudah merambah ekspor hingga China dan Kolombia.
Penambahan babak penting ini menunjukkan bahwa transformasi Desa Tanjung Binga bukanlah proses instan, melainkan perjalanan panjang penuh dedikasi, kolaborasi, dan pemberdayaan.
Dari kampung nelayan sederhana, desa ini kini berdiri di panggung nasional sebagai kandidat Desa Wisata terbaik 2025 --sekaligus menjadi simbol harapan bahwa desa kecil di pesisir pun bisa mendunia.***