Pengangkatan PPPK Guru di Beltim Tinggal Menunggu SK

Pengangkatan PPPK Guru di Beltim Tinggal Menunggu SK

BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR - Pengangkatan tenaga guru di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) yang direkrut melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tinggal menunggu dikeluarkannya Surat Keputusan (SK). Hal ini menjadi menjadi jawaban atas kekosongan guru yang telah memasuki usia pensiun di tahun 2021. "Kondisi guru di Beltim sekarang walau ada sejumlah guru pensiun tetapi tahun 2021 ini, ada pengangkatan PPPK. Ada 130 an orang untuk mengisi kekosongan guru yang pensiun. PPPK adalah satu solusi yang diberikan pemerintah khususnya Kementerian Dikbud untuk mengisi kekosongan guru di Indonesia, khususnya di Beltim," ungkap Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Beltim, Amrizal, Selasa (16/11). Diakui Amrizal, penambahan tenaga guru PPPK sangat membantu kekurangan guru di sekolah walau belum sepenuhnya sesuai kebutuhan. Saat ini, alokasi guru PPPK akan diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang benar-benar membutuhkan. "Sekarang kekurangan guru hampir teratasi, sedikit sekali karena adanya PPPK. Kebijakan ini juga sudah diumumkan untuk PPPK. Kami pun sudah siap meng-SK-kan tenaga guru PPPK untuk di sebar di sekolah-sekolah yang membutuhkan," terangnya. Sementara itu, terkait kondisi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun terakhir, Amrizal optimis anak didik tetap mendapatkan pembelajaran. Bahkan di semester pertama tahun ajaran 2021-2022, sekolah-sekolah mulai membuka kembali pembelajaran tatap muka. "Kondisi Covid-19 di Beltim sekarang kita di level 2 dari sebelumnya sempat di level 4. Di semester pertama tahun 2021- 2022, kegiatan belajar mengajar kita tetap jalan. Dengan model pembelajaran yang berbeda, di setiap sekolah dan Kecamatan punya model pembelajaran yang berbeda. Ada yang shift-shift an, ada yang setiap hari pagi atau siang," jelasnya. Dengan semakin tingginya capaian vaksinasi, Amrizal juga berharap pelajar menjadi prioritas mengingat pembelajaran tatap muka perlu dimaksimalkan. Meskipun pelajar SMP yang dibawah 12 tahun dan pelajar SD belum menerima vaksin. "Kita sudah 2 tahun pembelajaran dalam kategori 50 persen tatap muka. Mereka (pelajar) dalam seminggu hanya 3 hari atau 5 hari sekolah tapi setengah hari dari waktu yang disediakan, selebihnya online atau daring. Ini bukan mudah dilakukan oleh semua pihak, baik sekolah, masyarakat maupun anak itu sendiri," tukasnya. (msi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: