Satu hal yang tidak berubah dari sosok Muhammad Zein adalah melayani kesehatan masyarakat umum hampir seluruh pelosok dengan menggunakan sepeda onthel. Meski berstatus sebagai Kepala DKR, Muhammad Zein tetap menyela waktu untuk berkeliling dengan ciri khasnya yakni sebuah tas kulit berisi peralatan medis dan obat-obatan. Karenanya, Muhammad Zein kerap kali dikenali sebagai mantri suntik.
Guna menjangkau pelayanan kesehatan yang lebih luas, pertengahan tahun 1960 an, DKR Manggar mendapat fasilitas kendaraan berupa bus besar yang setiap minggunya berkeliling ke desa-desa. Sayangnya setelah beberapa tahun dipergunakan, bus layanan kesehatan itu mogok di Desa Kelubi yang kemudian tidak bisa di perbaiki dan tidak dapat dipergunakan lagi hingga tinggal kerangkanya.
Sebagai Kepala DKR, Muhammad Zein juga bertanggungjawab ketika kapal-kapal besar yang berlabuh di pelabuhan kota Manggar dan sekitarnya. Muhammad Zein selaku petugas kesehatan akan melakukan prosedur karantina kepada semua anak buah kapal dan nakhoda.
Atas izin dialah baru mereka bisa turun ke darat, begitu juga berlaku untuk kapal-kapal PN Timah maupun kapal lain yang membawa barang-barang keperluan PN Timah pada masa itu seperti kapal minyak yang mengangkut BBM untuk kebutuhan industri dan bahan bakar IC (Elektrik Central) atau PLTD di zaman itu.
Apabila kapal pengangkut minyak tiba di oliepier, Muhammad Zein sebagai petugas kesehatan memeriksa semua anak buah kapal dan Nakhodanya.
Setelah pensiun dari DKR, Muhammad Zein tetap mengabdikan hidupnya pada bidang kesehatan. Ia membuka praktek di rumahnya diJalan Kartini Desa Lalang Manggar hingga akhirnya tutup usia pada tahun 1981. Muhammad Zein dikenal karena memiliki reputasi baik dan setia melayani kesehatan masyarakat baik secara medis maupun secara kearifan lokal.
Pada masanya dulu menurut para nara sumber dan saksi hidup salah satunya menyebutkan obat demam yang terkenal di masyarakat pada masa itu yaitu obat racikan beliau yang ampuh biasa di sebut "Puyer kek Bagong". Atas dedikasi Muhammad Zein, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur kemudian memberikan apresiasi kepada beliau sebagai tokoh kesehatan pertama di Belitung Timur.
Pemberian Nama Muhammad Zein Lebih Dikenal Masyarakat
Bupati Belitung Timur (Beltim) Burhanudin.--
Pemberian nama pada gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas layanan publik menjadi salah satu upaya Pemerintah daerah yang lebih dikenal masyarakat. Salah satunya, RSUD Beltim akhirnya memiliki nama yakni RSUD Muhammad Zein.
"Selama berdirinya rumah sakit Belitung Timur yakni sejak berdirinya Pemkab Beltim, munculnya organisasi perangkat daerah, munculnya pusat ruang publik yang diperkenankan melakukan pelayanan publik kepada masyarakat daerah, banyak yang tidak punya nama termasuk RSUD," ungkap Bupati Burhanudin.
Bupati Burhanudin melanjutkan, pemberian nama RSUD merupakan ide gagasan dari beberapa kelompok masyarakat dan perorangan yang merasa perlu ada nama RSUD. Ide tersebut kemudian ditanggapi serius oleh Pemerintah daerah dengan mempersiapkan tim guna menjaring nama-nama yang layak ditabalkan.
"Melihat itulah sejak saya jadi kepala daerah, kita sudah mulai melirik. Akhirnya kita sepakati agar nama-nama gedung Pemda itu diberi nama dengan mengambil nama tokoh masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan masing-masing," sebut Bupati Burhanudin.
Menurut Bupati Burhanudin, nama Muhammad Zein sendiri diangkat dari seorang mantan kepala DKR dan juga mantri kesehatan di pulau Belitong pada pada itu. Pada masa kolonial, Muhammad Zein cukup berperan akhir membantu masyarakat dengan berkeliling atau mantri keliling di zaman itu.
"Inikan bukan kita sekedar mengambil nama, kita juga melihat dari perkembangan pembelajaran sejarah dengan kearifan lokal kita lihat. Setelah melihat literatur yang ada dan menanyakan ke berbagai pihak, kita sepakat memberikan namanya sebagai nama Rumah Sakit Muhammad Zein," tutup Bupati Burhanudin.
Rico Pebrico Inisiator Pemberian Nama RSUD Muhammad Zein