Nila menyarankan agar anak-anak berusia di bawah lima tahun perlu diawasi orangtua saat bermain lato-lato.
Sebab, anak yang berusia di bawah lima tahun, koordinasi mata dan tangan belum berkembang dengan baik. “Perlu pengawasan orangtua agar tidak mendatangkan bahaya bagi anak,” ucap Nila.
BACA JUGA:Produksi Lada Petani Belitung Tidak Capai Target, Turun Hampir 50 Persen, 2 Faktor Ini Penyebabnya
BACA JUGA:Babel Juga 'Penghasil' Deretan Artis Cantik dan Berprestasi, Nomor 5 dari Belitung
Begitu pula bagi anak yang berusia di atas lima tahun. Juga butuh perhatian orangtua saat anak bermain lato-lato.
Sebab, bisa saja anak-anak menjadikan lato-lato sebagai alat untuk menyakiti temannya.
Lato-lato juga memberikan efek positif kepada para pedagang mainan. Banyak pedagang yang meraup untung jutaan karena permainan ini.
Sejarah Main Lawas Lato-lato
Meski sudah populer di Indonesia sejak 30 tahun lalu, namun ternyata, lato-lato bukanlah permainan asli Indonesia. Lato-lato diperkirakan berasal dari Eropa dan Amerika Serikat.
Diperkirakan lato-lato muncul pada akhir 1960-an. Permainan ini pun semakin populer pada awal 1970-an.
Di Eropa, lato-lato sering disebut clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers dan clankers. Sedangkan di Amerika Serikat, selain clackers ball, ada juga yang menyebutnya Newton's yo yo.
Tidak sampai di situ, ternyata permainan lato-lato ini sempat dilarang dan ditarik peredarannya oleh Food and Drug Administration (FDA) di tahun 1966.
BACA JUGA:49.032 Kendaraan di Belitung Berpotensi Data Dihapus Alias Jadi Bodong, Kok Bisa?
BACA JUGA:Mantan Kajari Belitung Meninggal Dunia
Alasannya karena sempat terjadi kasus di mana ada retakan lato-lato yang pecah dan mengenai anak-anak yang sedang memainkannya.
FDA sendiri sebetulnya adalah lembaga yang mengatur mengenai obat dan makanan, namun ia memiliki kewenangan untuk melindungi orang-orang dari permainan bahaya yang mengandung bahan kimia, mudah terbakar maupun radioaktivitas.