Elektabilitas PSI: Partai Loyalis Jokowi yang Naik Daun di Survei Terbaru, Punya Sikap dan Prinsip
Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep-Ist-
Survei Data Riset Analitika melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 15-20 Januari 2024. Margin of error survei adalah plus minus 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
BACA JUGA:Gibran Sindir Cak Imin Nyontek Soal LFP di Sesi Debat Cawapres 2024, Ini Respon Cawapres 01
Selain Data Riset Analitika, survei lain yang juga menunjukkan kenaikan elektabilitas PSI adalah Survey and Polling Indonesia (Spin). Dalam survei yang dirilis pada 22 Januari 2024, PSI mendapatkan 3,8 persen suara, naik dari 2,9 persen pada survei sebelumnya.
Direktur Eksekutif Spin, Igor Dirgantara, mengatakan, kenaikan elektabilitas PSI juga dipengaruhi oleh keberhasilan tokoh-tokoh kuncinya, seperti Grace Natalie, Tsamara Amany, dan Rian Ernest. Mereka dinilai sebagai politisi muda yang cerdas, berwawasan, dan berintegritas.
“PSI memiliki kader-kader muda yang potensial dan berkualitas. Mereka sering tampil di berbagai media, baik cetak, elektronik, maupun daring, untuk menyampaikan gagasan dan aspirasi mereka. Mereka juga aktif di media sosial, sehingga mampu menjangkau audiens yang lebih luas,” tutur Igor.
Survei Spin melibatkan 1.500 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 10-15 Januari 2024. Margin of error survei adalah plus minus 2,58 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
BACA JUGA:Gibran Soroti Kesejahteraan Petani, Lanjutkan Reforma Agraria dan Dorong Ketersediaan Pupuk Murah
Analisis: PSI, Partai Prinsipil yang Berubah
Meskipun mengalami kenaikan elektabilitas, PSI juga mendapat sorotan dari para pengamat politik. Salah satunya adalah Direktur Democracy Electoral and Empowerment Partnership (DEEP) Yusfitriadi, yang menilai bahwa PSI telah mengalami pergeseran identitas sejak mengikuti pemilu pertama pada 2019.
Menurut Yus, PSI awalnya merupakan partai yang berbeda dari partai lainnya. PSI mengusung isu-isu yang prinsipil, seperti menolak perda syariah, menolak poligami, dan menolak korupsi. PSI juga memiliki gaya berpolitik yang sesuai dengan generasi milenial dan Z, yaitu kreatif, dinamis, dan inklusif.
“PSI adalah partai yang tidak takut kehilangan elektabilitas karena memegang teguh prinsip-prinsipnya. PSI juga adalah partai yang mengusung kebeliaan dalam berpolitik, tidak mau mengikuti arus mainstream. PSI adalah partai yang loyal terhadap Jokowi, sebagai figur yang menginspirasi mereka,” papar Yus.
Namun, Yus melihat bahwa PSI mulai berubah setelah Pemilu 2019. PSI mengalami pergantian ketua umum, dari Grace Natalie menjadi Giring Ganesha, dan kemudian menjadi Kaesang Pangarep. PSI juga tidak lagi banyak mengusung isu prinsipil, melainkan lebih fokus pada kepentingan internal partai.
BACA JUGA:Sindir Cak Imin, Gibran Dua Kali Sebut Nama Tom Lembong
“PSI terlihat kehilangan arah setelah Pemilu 2019. PSI tidak lagi menjadi partai yang berani dan beda, melainkan menjadi partai yang pragmatis dan oportunis. PSI tidak lagi menjadi partai yang loyal terhadap Jokowi, melainkan menjadi partai yang mengincar kekuasaan,” ujarnya.
Yus menambahkan, PSI seharusnya tidak melupakan visi dan misinya sebagai partai yang mewakili aspirasi generasi muda. PSI seharusnya tidak hanya mengejar elektabilitas, melainkan juga menjaga kredibilitas dan integritasnya sebagai partai politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: