Tren Unik Efek Perang Tarif AS-China: Sikat WC Kepala Donald Trump Kian Laris Manis

BELITONGEKSPRES.CO.ID - Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China ternyata memberi dampak yang tak terduga pada penjualan sikat wc berbentuk kepala Donald Trump.

Tren barang unik yang sempat viral ini kini mencatatkan lonjakan peningkatan penjualan, terutama di China, sebagai bentuk sindiran (parodi) terhadap kebijakan ekonomi Trump.

Sikat wc berwarna kuning dengan wajah Donald Trump ini, yang telah ada sejak masa jabatan pertama Trump, dikenal sebagai parodi dari presiden AS tersebut.

Dikutip dari Oddity Central pada Minggu, 20 April 2025, produk ini kini mengalami lonjakan penjualan yang signifikan di China, seiring dengan ketegangan perdagangan antara kedua negara.

BACA JUGA:7 Ide Modifikasi Honda Beat Deluxe Paling Aman dan Stylish di 2025, Nggak Bikin Kena Tilang!

BACA JUGA: Cara Mudah Setop Google Lacak Aktivitas Online Anda 24 Jam Nonstop

Meski awalnya sikat wc kepala Donald Trump hanya dijual dengan harga terjangkau (sekitar CNY 13,9 hingga 18,9 atau Rp 32.339 hingga Rp 43.889), kini popularitasnya semakin melonjak.

Penjualan barang unik tersebut meningkat pesat, dengan banyak warga China membeli produk ini sebagai bentuk sindiran terhadap kebijakan tarif AS yang memberatkan produk Tiongkok.

Kenaikan penjualan ini juga dipengaruhi oleh fenomena "serangan balik ala Yiwu", merujuk pada kota Yiwu di China yang dikenal sebagai pusat produksi barang-barang murah, termasuk sikat wc kepala Trump.

Para produsen lokal di Yiwu pun mendapatkan keuntungan dari tren ini, mengingat sikat wc ini menjadi simbol protes terhadap kebijakan presiden Negeri Paman Sam tersebut.

BACA JUGA:Indonesia Jadi Negara Pertama yang Diterima AS untuk Negosiasi Tarif Dagang

BACA JUGA:Produk Unggulan Indonesia Kena Tarif Impor AS Hingga 47 Persen, Apa Dampaknya?

Bagi produsen lokal, peningkatan penjualan ini dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap mereka yang terdampak perang tarif dagang.

Sikat wc Trump kini bukan hanya sekadar barang humor, tetapi juga alat protes yang mencerminkan ketegangan geopolitik antara dua kekuatan besar di dunia. ***

Sumber: