Kisah Alan Efendhi, Inovator Aloe Vera yang Menyemai Kehidupan di Lahan Gersang Gunungkidul

Alan Efendhi, inovator Aloe Vera penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 bidang Kewirausahaan-(Repro/Belitong Ekspres)-
“Kenapa saya harus bertahan di kota, saya berpikr mengapa usaha di desa saja, dekat dengan orang tua? ucap pria yang hobi berpetualang itu.
Dari keresahan itulah muncul tekad bulat Alan untuk pulang kampung. Bisa lebih dekat dengan orang tua, dan membangun usaha di tanah kelahirannya.
Menemukan Aloe Vera di Tanah Gersang
Petani yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk Aloe Vera--(Dok: Alan Efendhi)
Gunungkidul Yogyakarta dikenal kering, tandus, dan sering dilanda kekeringan. Alan menyadari tantangan itu sekaligus melihat peluang. Ia butuh komoditas yang tahan panas, minim air, dan bisa tumbuh di tanah kapur.
Ia meneliti berbagai pilihan: pepaya California, anggur, buah naga. Namun pilihannya jatuh pada aloe vera (lidah buaya). Tanaman sukulen ini tidak membutuhkan banyak air, mudah dirawat, dan punya segudang manfaat kesehatan.
Pada 2013, Alan serius belajar tentang budidaya lidah buaya, membaca literatur, hingga mencari bibit dari Pontianak dan Jawa Timur (Jatim).
Tahun 2014, ia pulang ke kampung halaman Desa Katongan dengan membawa 500 batang bibit lidah buaya tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Awalnya orang rumah heran: “Mau buat apa sebanyak ini?” Tapi Alan menjawab penuh keyakinan: “Insyaallah 10 tahun lagi, ini akan mengangkat derajat keluarga kita," katanya.
Dari Tiga Petani Mitra hingga Ratusan
Alan Efendhi memberdayakan warga desa dengan Aloe Vera--(Dok: Alan Efendhi)
Budidaya aloe vera bukan hal mudah. Alan mengawali dengan modal pas-pasan, dari sisa gaji terakhirnya di Jakarta. Ia juga menghadapi pandangan skeptis masyarakat. Lidah buaya hanya dikenal sebagai tanaman obat rambut, bukan komoditas ekonomi.
Alan pun nekat memulai usahanya dengan modal awal sekitar Rp7 juta untuk membeli bibit Aloe vera Chinensis Baker, yakni jenis aloe vera terbesar. Dia juga membeli sejumlah peralatan untuk budidaya.
Awalnya, hanya tiga orang petani yang mau bergabung. Itupun kakek dan neneknya sendiri. Alan bekerja keras membuktikan bahwa aloe vera bisa diolah menjadi produk bernilai jual.
Tahun 2016 menjadi titik awal keberanian Alan Efendhi menanam benih mimpinya dengan produk rintisan pertama berbahan dasar lidah buaya.
Eksperimen itu sederhana, hanya bermodal pengetahuan otodidak yang ia gali dari internet dan percobaan berulang di dapur rumah.
Lambat laun, keyakinan Alan mulai menular. Ia tidak lagi sekadar bermimpi untuk dirinya sendiri, tetapi juga ingin membuka jalan bagi banyak petani di desanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: