Santri Asal Belitung Jadi Korban Tragedi Ponpes Sidoarjo, Doa Terakhir Berujung Duka

Petugas gabungan bersiap mengevakuasi korban bangunan musala yang ambruk di Ponpes Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). Salah korban meninggal adalah santri asal Belitung--(Antara)
TANJUNGPANDAN, BELITONGEKSPRES.CO.ID – Doa sore di musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), berubah menjadi duka mendalam.
Bangunan berlantai tiga di kompleks pesantren tersebut ambruk pada Senin (29/9/2025) saat puluhan santri tengah melaksanakan salat Ashar berjemaah.
Peristiwa naas yang terjadi sekitar pukul 14.40 hingga 15.00 WIB itu menelan tiga korban jiwa, termasuk seorang santri asal Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Detik-detik Ambruknya Bangunan
Menurut keterangan saksi, musala Ponpes Al Khoziny yang berdiri tiga lantai mendadak runtuh saat aktivitas ibadah sedang berlangsung.
BACA JUGA:Rumah Warga Belitung Rusak Tertimpa Pohon Tumbang Akibat Hujan Deras & Angin Kencang
Puluhan santri yang berada di dalam langsung panik dan berusaha menyelamatkan diri. Namun, sebagian lainnya terjebak reruntuhan material bangunan yang berat.
Tim SAR gabungan bersama BPBD Jatim, TNI, dan Polri segera dikerahkan ke lokasi untuk melakukan proses evakuasi. Upaya penyelamatan berjalan dramatis karena sejumlah korban masih berada di antara tumpukan puing.
Identitas Korban Meninggal
Hingga Selasa pagi (30/9/2025) pukul 08.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia tercatat tiga orang. Dua di antaranya santri, yakni Mochammad Mashudulhaq (14), asal Dukuh Pakis, Surabaya, serta Muhammad Soleh (22), santri asal Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung.
Mashudulhaq sempat menjalani perawatan di RSUD Sidoarjo, namun nyawanya tidak tertolong. Sementara itu, Muhammad Soleh yang mengalami luka berat dan sempat berada di zona merah akhirnya dinyatakan meninggal dunia setelah mendapat perawatan intensif.
BACA JUGA:Pemprov Babel Siapkan Strategi Tingkatkan Lama Tinggal Wisatawan
Kondisi Korban Luka
Direktur RSUD Sidoarjo, dr Atok Irawan, menyampaikan bahwa beberapa korban mengalami luka sangat serius. Bahkan salah seorang santri harus menjalani amputasi di lokasi kejadian karena tubuhnya terjepit reruntuhan beton.
“Tim ortopedi dan anestesi kami terpaksa melakukan amputasi lengan kiri korban di TKP demi menyelamatkan nyawanya,” ujar dr Atok, dilansir dari disway.id, Selasa (30/9/2025).
Berdasarkan laporan resmi, sebanyak 98 santri menjadi korban dalam tragedi ini. Sebagian masih menjalani perawatan intensif di RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, dan RS Delta Surya. Belasan di antaranya mengalami luka parah akibat tertimpa material bangunan.
Hingga Selasa malam, suasana di sekitar Ponpes Al Khoziny masih dipenuhi keluarga santri yang cemas menunggu kabar kondisi anak-anak mereka. Tim SAR gabungan terus berjibaku membersihkan puing-puing beton untuk memastikan tidak ada lagi korban tertinggal.
BACA JUGA:Petani Milenial Belitung Garap 334 Hektare Sawah, Dorong Kemandirian Pangan Daerah
Keluarga Korban Asal Belitung
Kabar duka datang dari keluarga almarhum Muhammad Soleh di Tanjungpandan, Belitung. Sang kakak, Muchlis Syukron atau Gus Syukron, membenarkan bahwa adiknya menjadi korban meninggal dalam musibah ambruknya musala Ponpes Al Khoziny.
“Benar, korban adalah adik kandung saya,” kata Gus Syukron saat dikonfirmasi Belitong Ekspres, Selasa malam (30/9/2025).
Menurutnya, Soleh sudah tiga tahun menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny sekaligus menempuh pendidikan kuliah di pesantren tersebut.
Jenazah Soleh rencananya akan dipulangkan ke Tanjungpandan Belitung untuk dimakamkan. “Besok pukul 14.05 WIB sudah tiba di Belitung,” tambahnya.
BACA JUGA:PT Timah Genjot Eksplorasi, Bangun Pabrik Logam Mineral Ikutan di Babel
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban di Kabupaten Belitung, tetapi juga bagi dunia pendidikan pesantren di tanah air.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: