Prediksi IMF dan Kebijakan Tarif Trump Buat IHSG Terkoreksi, Apa Dampaknya?

Prediksi IMF dan Kebijakan Tarif Trump Buat IHSG Terkoreksi, Apa Dampaknya?

Layar digital yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta--(Antara)

Sementara itu, Bank Sentral China (PBoC) mengumumkan bahwa mereka mempertahankan suku bunga acuan untuk pinjaman satu tahun di 3,1% dan untuk LPR lima tahun di 3,6% pada bulan April 2025.

Keputusan ini diambil sebagai langkah untuk menjaga stabilitas yuan di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat, terutama dengan semakin panasnya ketegangan perdagangan dengan AS.

“Keputusan ini juga merupakan upaya untuk menjaga kestabilan ekonomi domestik yang sedang diuji oleh ketidakpastian global,” papar Pilarmas Investindo.

BACA JUGA:Harga Emas Antam Naik Tajam Senin 21 April 2025, Ini Strategi Aman untuk Investasi

Indonesia-AS: Negosiasi Tarif Impor Bikin Pasar Cemas

Dari sisi domestik, perhatian pasar tertuju pada negosiasi tarif antara Indonesia dan AS yang sedang berlangsung.

Delegasi Indonesia baru saja melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR) dan Departemen Perdagangan AS di Washington, DC. Pemerintah Indonesia dan AS sepakat untuk menyelesaikan perundingan tarif dalam waktu 60 hari ke depan.

Namun, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kekhawatirannya mengenai potensi pemberlakuan tarif impor AS terhadap produk Indonesia hingga 47%, yang dapat berdampak negatif pada daya saing ekspor Indonesia.

“Jika tarif baru ini diberlakukan, akan ada dampak langsung pada surplus neraca perdagangan Indonesia,” kata Airlangga dalam konferensi pers.

BACA JUGA:Tren Unik Efek Perang Tarif AS-China: Sikat WC Kepala Donald Trump Kian Laris Manis

Data Neraca Perdagangan Indonesia dan Dampaknya

Meski demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia masih surplus pada Maret 2025, dengan angka mencapai US$ 4,33 miliar. Meskipun demikian, pasar masih cemas tentang potensi penurunan surplus perdagangan jika tarif resiprokal dari AS diterapkan.

“Bila tarif AS diberlakukan, neraca perdagangan Indonesia bisa terpengaruh, dan itu akan berdampak pada perekonomian kita dalam jangka panjang,” tambah Pilarmas Investindo.

Saham yang Menguat dan Melemah di Sesi I

Pada perdagangan sesi pertama, beberapa saham mengalami penguatan, di antaranya FITT, FMII, DILD, BABY, dan TYRE. Sementara itu, saham-saham seperti HADE, KOTA, TAXI, BAPI, dan SMDM mencatatkan penurunan terbesar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: