Nissan Bukukan Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah, Restrukturisasi Besar Dimulai

Ilustrasi: Nissan Bukukan Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah, Restrukturisasi Besar Dimulai-Ist-
BELITONGEKSPRES.CO.ID - Badai besar tengah menerpa Nissan Motor Co. Ltd. Perusahaan otomotif asal Jepang ini mengumumkan kerugian bersih terbesar dalam sejarahnya.
Nissan memperkirakan angka kerugian antara 700 miliar yen hingga 750 miliar yen atau setara Rp 87 triliun untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025.
Angka tersebut melonjak tajam dari proyeksi sebelumnya yang hanya 80 miliar yen (sekitar Rp 9,4 triliun), menandai tekanan finansial serius yang kini dihadapi raksasa otomotif ini.
Kerugian ini dipicu oleh keputusan Nissan untuk melakukan penurunan nilai aset besar-besaran di berbagai wilayah utama, termasuk Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, dan Jepang.
BACA JUGA:Karena Ini, CEO Meta Akui TikTok Jadi Ancaman Serius Bagi Facebook
Selain itu, biaya tambahan untuk mendukung program restrukturisasi global juga diperkirakan membengkak hingga lebih dari 60 miliar yen.
Dikutip dari Reuters, Sabtu 26 April 2025, CEO baru Nissan, Ivan Espinosa, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan hasil dari evaluasi menyeluruh terhadap aset produksi Nissan di seluruh dunia.
“Kami mengambil langkah hati-hati untuk merevisi proyeksi kinerja tahunan, setelah meninjau secara menyeluruh nilai tercatat dari aset produksi,” jelas Espinosa dalam pernyataannya.
Tak berhenti di situ, Nissan juga menurunkan proyeksi laba operasional untuk tahun penuh menjadi 85 miliar yen, atau sekitar 30% lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya.
BACA JUGA:Saham Nissan Melejit! Tolak Honda, Kini Dilirik Foxconn
Untuk memperkuat kas perusahaan, Nissan juga memutuskan tidak membagikan dividen tahun ini. Laporan keuangan lengkapnya akan dirilis pada 13 Mei 2025.
Sebelumnya, Nissan sempat membuka pembicaraan merger dengan Honda Motor Co., berpotensi membentuk konglomerasi otomotif bernilai US$ 60 miliar.
Namun, rencana tersebut kandas setelah Honda dilaporkan ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan—sebuah syarat yang tidak disepakati oleh pihak Nissan.
Krisis ini menandai babak baru yang penuh tantangan bagi Nissan. Langkah-langkah restrukturisasi yang diambil saat ini akan menjadi penentu masa depan perusahaan, di tengah upaya untuk bangkit kembali di industri otomotif global yang semakin kompetitif.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: