Kisah Alan Efendhi, Inovator Aloe Vera yang Menyemai Kehidupan di Lahan Gersang Gunungkidul

Alan Efendhi, inovator Aloe Vera penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 bidang Kewirausahaan-(Repro/Belitong Ekspres)-
Prinsipnya sederhana: usaha harus bermanfaat bagi banyak orang. Ia percaya, jika ingin usaha berumur panjang, maka petani, lingkungan, dan konsumen harus sama-sama merasakan manfaatnya.
Kini, usaha Alan tidak hanya mengangkat perekonomian keluarganya, tetapi juga ratusan petani di Gunungkidul. Lahan yang dulu terbengkalai kini produktif.
"Ibu-ibu rumah tangga kini punya tambahan penghasilan dari menanam lidah buaya di pekarangan," kata Alan penuh syukur.
Produk Aloe Liquid juga memberi nilai tambah bagi sektor pariwisata lokal, menjadi oleh-oleh khas Gunungkidul. Lebih dari itu, Alan ingin menularkan optimisme kepada generasi muda. “Jangan takut jadi petani. Sektor ini akan sangat seksi ke depan,” katanya.
Peluang dan Inspirasi untuk Generasi Muda
Alan Efendhi mengenalkan varian produk Aloe Vera--(Dok: Alan Efendhi)
Pesan Alan untuk generasi muda begitu kuat. Setiap orang punya kesempatan yang sama. "Jangan sekadar mengejar kepentingan pribadi, tapi ciptakan usaha yang memberi manfaat bagi lingkungan sekitar," ujarnya.
Menurut Alan, budi daya lidah buaya adalah peluang besar bagi generasi muda. Tanaman ini mudah dirawat, tahan di lahan kering, dan minim hama. "Pergantian pupuk cukup 4–5 bulan sekali, penyiraman hanya setiap 3–4 hari, serta panen tidak tergantung musim," tuturnya.
Bahkan, perhitungan sederhana menunjukkan potensi keuntungan yang menjanjikan. Misalnya produktivitas 2,5 ton per hektare per bulan dengan harga jual Rp5.000–Rp6.000 per kilogram.
"Pendapatan kotor bisa mencapai Rp12,5 juta. Setelah dikurangi biaya perawatan sekitar Rp5 juta, keuntungan bersih minimal Rp7,5 juta sebulan," jelas Alan.
Dalam perjalanan bisnisnya, Alan banyak mendapat dukungan, termasuk dari Dompet Dhuafa yang membantu menyediakan peralatan dan memfasilitasi pemberdayaan warga.
Kolaborasi ini membuka jalan bagi masyarakat sekitar yang semula hanya buruh tani berpenghasilan Rp90 ribu sehari. "Kini bisa memperoleh Rp100 ribu hanya dalam dua jam saat melayani turis di Aloe Land," ungkapnya.
Lebih dari sekadar bisnis, Alan menjadikan Aloe Land sebagai pusat edukasi dan pemberdayaan. Ia berbagi ilmu secara gratis, mendistribusikan bibit, hingga membuka kesempatan praktik kerja lapangan bagi mahasiswa pertanian.
Mimpi Besar untuk Gunungkidul
Eduwisata di Aloe Land yang dipandu Alan Efendhi--(Dok: Alan Efendhi)
Sebagai CEO Rasane Vera sekaligus pendirikan Moun Vera Sejati, Alan berharap produknya kelak menjadi ikon Gunungkidul, seperti carica di Dieng atau apel Malang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: