Michael Bambang Hartono, juga dikenal sebagai Oei Hwie Siang, kini menempati posisi orang ketiga terkaya di Indonesia.
BACA JUGA:Siapa Pengusaha Muda Terkaya di Indonesia, Ini Dia Orangnya, Kekayaan Capai Rp33 Triliun
Dia lahir pada tanggal 2 Oktober 1939 dan merupakan salah satu dari pemilik perusahaan rokok kretek terkemuka di Indonesia, yaitu Djarum.
Michael Bambang Hartono dan saudaranya, R. Budi Hartono, bekerja sama dalam membangun bisnis mereka di sektor perbankan dan tembakau.
Mereka mewarisi perusahaan Djarum setelah kematian ayah mereka, Oei Wie Gwan, pada tahun 1963. Tragisnya, Oei Wie Gwan meninggal tidak lama setelah pabrik rokok Djarum terbakar habis.
Bambang dan Budi dengan tekun memimpin perusahaan Djarum, bahkan menjadikannya pemain dominan dalam pasar rokok kretek di Amerika Serikat, mengungguli perusahaan-perusahaan seperti Gudang Garam dan Sampoerna.
BACA JUGA:Ini Dia 5 Selebgram Terkaya di Indonesia, Sekali Endorse Bisa Ratusan Juta
Pada tahun 2022, majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dan Budi Hartono dan Bambang Hartono menduduki peringkat pertama dengan total kekayaan mencapai US$ 47,7 Miliar.
Bahkan, Bambang sendiri menempati peringkat ke-69 dalam daftar orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 22,3 Miliar.
Selain bisnis rokok, Bambang dan Budi juga memiliki kepemilikan saham terbesar BCA. 51 persen saham BCA dikuasai oleh mereka berdua melalui perusahaan Farindo Holding Ltd.
Michael Bambang Hartono diperkirakan memiliki kekayaan sekitar USD23,9 miliar atau sekitar Rp370 triliun.
4. Prajogo Pangestu
Selanjut tokoh pengusaha terkaya di Indonesia adalah Prajogo Pangestu, yang pada masa lalu pernah bekerja sebagai sopir angkot.
BACA JUGA:Hormati dan Patuhi Aturan, TikTok Shop Umumkan Resmi Tutup Pada 4 Oktober 2023
Prajogo Pangestu, yang juga dikenal dengan nama Phang Djoen Phen, lahir pada tanggal 13 Mei 1944. Ia telah berhasil mencapai posisi dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Prajogo Pangestu merupakan seorang pengusaha Indonesia yang beroperasi di sektor perkayuan terbesar di Indonesia sebelum terjadinya Krisis Ekonomi 1997.