Stres Lois

Stres Lois

Abah itu “merasa” orang NU. Dari keluarga yg mengelola pondok pesantren. Tapi, waktu berkunjung ke pesantren Gus Mus, seingat saya nggak ada tuh foto ngobrol bareng Gus Mus. Jangan2 juga malah ndhak ketemu sama Gus Mus. Lha ini ketemu Datuk Low kok keliatan ‘gayeng tenan’. Maklum, pebisnis ketemu pebisnis yg diomongin proyek, cuan, ROI, dsb. Gitu ya, Bah? Uang, uang, dan uang

Kang Sabarikhlas

Wow!..pengunjung ‘restoDisway’ mbludak, rameee… Pun saya nimbrung melahap masakan ‘menu kemarin’, ternyata kayak ‘jangan lodeh’ yg banyak santan, semakin kemarin semakin gurih, apalagi ada sambel trasi buatan CakPry Satria’pedes’ jadi nikmat kemringet. dan saya manggut² dengar suara Nella K nyanyi “Jangan Nget Ngetan” “…Hidup kudu dinikmati/jangan sampai kamu frustasi/opo maneh sampe stres diri/gara gara…catatan nget²an.” anu..mungkin saya jadi korban yg simpati karna lama baca sejarah penjajahan kok lama..duh. Kalau Abah jadi jubir sungguh terbuka dan nyata. dan masyarakat suka yg mulai nyata daripada rencana yg lama. dan saya ndak tahu ini salah siapa, lha wong saya ndak tamat sma… saya maklumi Abah ndak ngajak saya main pantun tapi sebagai arek’wani’ ya saya ladeni main pantun : Ikan patin ikan jelawat/Ikan pesut kejar kejaran/memang prihatin si ikan sepat/slalu merengut gk dpt pinjeman… duh…kapan ketemu datuk’maringi’…

Dahlan Batubara

Luar biasa pak Low. Kalah pemerintah. Di Mandailing, Sumut bahkan belum ada jalan baru yg dibuka sejak Indonesia diproklamirkan. Semua jalur jalan di Mandailing itu dibuka oleh kolonial Belanda.

bitrik sulaiman

Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar_kejaran Lahir bathin tetap semangat Susut perut karena rajin senam dansa-dansaan.

thamrindahlan

Ikan patin ikan jelawat / Ikan persut kejar kejaran / Bukan Putin teman sejawat / Sosok Datuk LTK warga teladan / Salamsalaman

Johan

Ada kepercayaan di sebagian kalangan orang Tionghoa. Darmabakti paling utama seorang dermawan adalah membangun jalan dan jembatan. Lebih penting dari membangun kelenteng sekali pun. Membangun jalan dan jembatan manfaatnya paling besar untuk masyarakat. Dipakai oleh semua kalangan tak peduli apapun status dan agamanya. Karma baik yang ditanam bisa terwariskan entah sampai berapa generasi. Apalagi ini membangun jalan sampai 100 KM, wah entah berapa besar karma baik yang akan di panen Datuk Low. Tapi yang jelas cuan nya juga tidak kalah besar karena jalan yang dibangunnya itu. Hhhh

Abu Abu

Batik keraton batiknya solo/ Kayu lapuk dimakan rayap/ Andai saja sekaya Datuk Low/ Jalan-jalanan saya bikinkan atap. Biar pengendara motor tak kepanasan. Horang kaya mah bebas.

omami clan

Sebagai pekerja tambang kelas teri di sebuah perusahaan kontraktor kelas teri pula Saya pernah iseng bertanya pada bos saya ketika lewat jembatan layang Adaro di perbatasan Kalsel-Kalteng, kenapa kita tidak mengaspal jalan dari tambang menuju ke pelabuhan supaya bisa lebih kuat (minim perawatan) dan tidak perlu berhenti ketika hujan serta bisa pake kendaraan besar dan bisa di gandeng yang tentu lebih irit bahan bakar? Jawabnya standar, karena biaya mahal sedang cadangan batu baranya hanya sampai pada tahun tertentu, setelahnya jalan juga akan menjadi milik masyarakat (pemerintah) berikut lahan bekas tambangnya Artinya mereka merasa rugi mungkin Setelah membaca tulisan Abah hari ini ironi saya muncul, ketika ada sebuah perusahaan tambang yang empunya orang Singapura kemudian menjadi WNI, kemudian membangun jalan aspal, kemudian membangun jembatan, kemudian mau membangun rel kereta dan mungkin ada kemudian-kemudian lain yang bahkan sudah tau semua yang di bangun kelak akan di serahkan kepada masyarakat (pemerintah) Kalau memang benar, berarti masih ada pengusaha yang baik di sektor energi atau khususnya batu bara, dan itu berbanding terbalik dengan yang saya tahu dan temui di lapangan selama ini Ikan patin ikan jelawat Ikan pesut kejar-kejaran Jika janji tidak terawat Pasti sesal jadi tanggungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: