Difabel Target Perekaman Penduduk Disdukcapil Beltim Hingga Akhir Tahun

Difabel Target Perekaman Penduduk Disdukcapil Beltim Hingga Akhir Tahun

Kepala Disdukcapil Kabupaten Beltim, Yuspian -Foto Muchlis Ilham -

BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR - Penyandang difabel atau keterbelakangan mental menjadi target pendataan perekaman penduduk oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Belitung Timur (Beltim).

Namun pendataan penyandang difabel belum sepenuhnya terlaksana karena perlu perlakuan khusus. Sedangkan pendataan perekaman penduduk sudah hampir 100 persen di 7 Kecamatan dan 29 Desa se Kabupaten Beltim.

"Kemarin kita sudah hampir 100 persen, paling sedikit yang belum masuk karena pertambahan peduduk kan terus, tapi hampir 100 persen penduduk Beltim sudah terekam," ujar Kepala Dinas Disdukcapil Kabupaten Beltim, Yuspian.

BACA JUGA:Persiapan G20 Belitung Disambut 'Banjir' di Kawasan Parkir Bandara, Videonya Tersebar

Dikatakan Yuspian, hampir 100 persen karena ada situasi tidak normal atau dikenal dengan penduduk rentan yang belum dilakukan perekaman yaitu penyandang difabel. 

Penyandang difabel adalah penduduk yang mengalami kondisi kecacatan fisik maupun psikis sejak lahir maupun akibat pernah mengalami kecelakaan.

Menurut Yuspian, administrasi kependudukan tidak mengenal istilah kecacatan. Namun semua warga negara harus terdata secara kependudukan. 

BACA JUGA:IPHI Belitung dan Baznas Bakti Sosial Khitanan Massal, Sunat 53 Anak

Hal inilah yang membuat Disdukcapil Beltim tetap memprioritaskan pendataan meskipun dilaksanakan sebagai sasaran terakhir.

"Penduduk yang mengalami kecacatan fisik tidak dapat dilakukan perekaman secara sempurna. Anggap tidak punya tangan, apa yang dapat kita lakukan. Biometrik mata mungkin yang kita lakukan. Intinya yang memungkinkan kalau tangan satu, tangan lain yang bisa dilakukan," jelas Yuspian.

Ia menyatakan, pada tahun 2022 perekaman penduduk penyandang difabel di Kabupaten Beltim sudah berjalan dan optimis selesai hingga akhir tahun nanti. 

"Jadwalnya sudah punya dan tinggal kami jemput bola, problem satu-satunya adalah karena kami terbatas tenaga dan waktu, jadi objek mengesampingkan ODGJ, paling terakhir dan paling sulit eksekusinya. Untuk ODGJ, kami arahkan supaya tidak turun sendiri dan dilakukan pendampingan dengan petugas kesehatan," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: