Rembuk Stunting Kabupaten Beltim 2022, Upayakan Komitmen Bersama

Rembuk Stunting Kabupaten Beltim 2022, Upayakan Komitmen Bersama

Penandatangan komitmen bersama Rembuk Stunting Kabupaten Beltim 2022-Muklis Ilham-

BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR -  Kegiatan rembuk stunting tingkat Kabupaten tahun 2022 digelar di ruang pertemuan Bappelitbangda Belitung Timur (Beltiim), Selasa (28/6) kemarin.

Rembuk stunting yang dibuka Wakil Bupati Belitung Timur (Beltim) Khairil Anwar, diikuti OPD, Camat, Kepala Desa serta instansi vertikal lain di Kabupaten Beltim.

Dalam sambutannya, Wabup Khairil Anwar menyatakan peningkatan kualitas manusia Indonesia merupakan salah satu misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Di mana salah satu indikator dan targetnya adalah prevalensi stunting pada balita yaitu 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

BACA JUGA:Pembelian BBM Pakai Aplikasi MyPertamina Tidak Wajib, Simak Penjelasan Pertamina!

"Persoalan stunting menjadi salah satu permasalahan serius yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak, baik pemerintah pusat, stakeholder dan seluruh lapisan masyarakat," ungkap Wabup Khairil.

Karena itulah, kegiatan rembuk stunting yang dilakukan Pemerintah Daerah Beltim merupakan langkah penting dalam memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan secara bersama-sama.

Dimana di dalamnya Perangkat daerah tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting selaku penanggungjawab layanan dengan sektor/lembaga non pemerintah, stakeholder dan seluruh masyarakat.

BACA JUGA:59 Kepala Keluarga di Beltim Dapat Bantuan BSRSPI, Ini Besarannya

"Selaku pimpinan daerah tentunya saya sangat menyambut baik pelaksanaan kegiatan (rembuk) dalam rangka mendukung upaya percepatan pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten Belitung Timur," sebutnya.

Wabup Khairil menginginkan agar rembuk stunting menghasilkan komitmen publik secara terintegrasi dalam percepatan penurunan stunting. Sekaligus terlaksananya kesepakatan mengenai rencana kegiatan intervensi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor terkait.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Beltim Yulhaidir menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. 

BACA JUGA:Stok Hewan Kurban Belitung Cukup untuk Idul Adha 2022, Ada 30 Kasus PMK

Stunting sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki resiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. "Bahkan stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3 persen produk domestik bruto setiap tahunnya," ujar Yulhaidir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: