Semangat Sumpah Pemuda, Arlan Subandy: Saatnya Pemuda Berperan Dalam Politik
Arlan Subandy, seorang profesional bidang telekomunikasi--
BELITONGEKSPRES.CO.ID, MANGGAR - Kami putra putri Indonesia, bertumpah darah satu tanah air Indonesia. Penggalan paragraf di atas adalah suatu manifestasi semangat NKRI para pemuda saat deklarasi Sumpah Pemuda.
Semangat tersebut harus tetap berkesinambungan disetiap nafas dan tindakan dalam segala aspek kehidupan para pemuda saat ini. Peran para pemuda dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam aspek politik, tidak sedikit perjalanan politikus muda kini agaknya kurang beruntung.
"Politikus muda, mungkin itu kata yang tepat untuk para politikus baru, baik secara usia (tidak mutlak pada usia saja), minimnya pengalaman maupun keterbatasan finansial," ujar Arlan Subandy, seorang profesional bidang telekomunikasi yang memilih pulang kampung di Desa Lalang Kecamatan Manggar sejak setahun terakhir, Selasa (25/10).
Pria yang akrab disapa Arlan itu mengungkapkan, pandangan umum yang sampai saat ini sering menjadi standar berpikir masyarakat adalah dimana seorang politikus lebih dominan diukur dengan parameter finansial dan cenderung mengabaikan parameter obyektif lainnya.
BACA JUGA:Kebijakan Baru Kapolri Benahi Internal: Bupati Pakai Innova, Kapolres Innova Juga
BACA JUGA:Indra dan Daffa Banjir Hadiah di Semarak Merdeka Berkarya SMAN 1 Manggar
Baginya, cara pandang tersebut perlahan harus segera diupayakan untuk digeser kepada nilai-nilai obyektif yang melekat pada setiap politikus agar bisa menghasilkan produk politik yang lebih berintegritas.
"Tahun 2024 adalah tahun politik Indonesia dalam menentukan pemimpin eksekutif maupun legislatif untuk masa jabatan 2024 - 2029. Kehadiran politikus muda akan selalu memberikan pilihan baru dan patut dipertimbangkan sebagai alternatif pilihan yang obyektif," kata Arlan.
Fenomena kemunculan para politikus muda dalam setiap konstelasi politik Indonesia, baik pemilu sebelumnya maupun pada Pemilu 2024 nanti tentu akan selalu mencatat sejarah baru pada setiap pelaksanaan pesta demokrasi tersebut.
Namun amat disayangkan kemunculan politikus muda selalu berada ditengah kekuatan dan nama besar para politikus senior, sehingga langkah politikus muda sulit mendapatkan panggung dan simpati masyarakat.
Diakui Arlan, adanya stigma apatis dari masyarakat terhadap politikus muda yang juga menjadi batu sandungan lain dalam perjalanannya menuju gelanggang politik. Pernyataan-pernyataan interogatif kerap kali menjadi retorika dimasyarakat luas seperti, Siapa dia? Apa yang sudah diperbuatnya?.
BACA JUGA:Persediaan Beras di Bulog Belitung Cukup Jelang Nataru 2023
BACA JUGA:PM Palestina Mohammad Shtayyeh Bertemu Hary Tanoesoedibjo, Bahas Apa Saja?
Adalah benar mereka bukan siapa-siapa, namun sebagai politisi muda patut diberi kesempatan seluas-luasnya, dukungan masyarakat sangat diperlukan agar tercipta pilihan yang terbaik dan obyektif. Pertanyaan kedua, adalah otoritas penuh harus dijawab oleh para politikus senior yang saat ini sedang/sudah memegang mandat masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: