Daftar 7 BUMN yang Masih Rugi Besar: Dari Proyek Mangkrak hingga Korupsi

Daftar 7 BUMN yang Masih Rugi Besar: Dari Proyek Mangkrak hingga Korupsi--(Instagram/@Kementerianbumn)
BELITONGEKSPRES.CO.ID - Tak semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu menunjukkan performa sehat dan berkelanjutan. Meski sejumlah BUMN telah mencetak laba dan melakukan transformasi besar, fakta di lapangan menunjukkan masih ada yang terjerembab dalam kerugian.
Tercatat, hingga akhir 2024, 7 BUMN terus mencatatkan kerugian besar dan menjadi beban negara. Apa saja nama-nama perusahaan itu? Dan apa sebenarnya penyebab utama mereka terus merugi?
Di tengah semangat reformasi dan transformasi BUMN yang digaungkan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, nyatanya tidak semua perusahaan pelat merah mampu bangkit dari keterpurukan.
Di balik deretan BUMN yang kian efisien dan berdaya saing, masih ada tujuh perusahaan negara yang terus menorehkan angka kerugian dan menjadi beban keuangan publik.
BACA JUGA:Daftar 7 BUMN yang Dibubarkan Pemerintah dan Nasib Karyawannya
Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa masih ada BUMN yang merugi di tengah upaya perbaikan besar-besaran? Dan, sejauh mana langkah konkret telah dilakukan untuk menyelamatkan mereka dari keterpurukan lebih dalam?
Isu BUMN merugi menjadi sorotan tajam publik, sebab dana yang digunakan untuk menyuntik kehidupan pada perusahaan-perusahaan ini bersumber dari keuangan negara—yang tak lain adalah pajak rakyat.
7 BUMN yang Masih Merugi hingga 2024
Mengutip pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir dilansir Beritasatu, berikut adalah daftar tujuh BUMN yang masih mengalami kerugian signifikan hingga akhir 2024:
1. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Sebagai satu-satunya produsen baja milik negara, Krakatau Steel memegang peranan penting dalam rantai industri nasional. Namun, performa keuangannya kembali terpuruk setelah sempat direstrukturisasi pada 2019.
BACA JUGA:Harga Emas Antam Naik Lagi, Cek Rinciannya per Sabtu 10 Mei 2025
Insiden kebakaran di area pabrik pada 2023 memperparah keadaan, menyebabkan gangguan produksi yang besar. Perusahaan ini mencatat rugi bersih sebesar Rp 2,03 triliun dalam laporan tahunannya.
2. PT Bio Farma (Persero)
Sempat menjadi tulang punggung distribusi vaksin saat pandemi, Bio Farma kini menghadapi realitas pascapandemi yang menantang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: