Nasib Raja E-Commerce China yang Diblokir di Indonesia, Kini Kian Terpuruk

Ilustrasi: Nasib Raja E-Commerce China yang Diblokir di Indonesia, Kini Kian Terpuruk--(freepik)
BELITONGEKSPRES.CO.ID - Nasib industri e-commerce China tampaknya sedang tidak berpihak pada PDD Holdings, induk dari platform Temu. Setelah diblokir di Indonesia, kini perusahaan raksasa ini kembali dihantam kabar buruk.
Laba bersih Raja E-Commerce China tersebut kini anjlok hingga 47 persen. Itu seiring dengan terus menurunnya performa saham perusahaan di tengah tekanan persaingan dan gejolak global.
Pada laporan keuangan kuartal pertama 2025, PDD Holdings, hanya berhasil membukukan laba bersih sebesar 14,74 miliar yuan atau sekitar Rp33,3 triliun.
Angka ini menunjukkan penurunan signifikan, terjadi di tengah tekanan persaingan yang makin ketat di pasar domestik Tiongkok serta bayang-bayang ketidakpastian dalam perdagangan global.
BACA JUGA:Rumah BUMN BRI Dorong UMKM Promosikan Sambal Cita Rasa Khas Indonesia Hingga Mancanegara
Analis US Tiger Securities, Bo Pei, seperti dikutip dari Reuters pada Minggu, 1 Juni 2025, menyebut perlambatan konsumsi dalam negeri, kompetisi ketat, dan tensi dagang internasional sebagai faktor utama yang menekan pertumbuhan PDD.
Di pasar dalam negeri (domestik), PDD juga harus menghadapi persaingan ketat dari dua raksasa e-commerce besar, yakni Alibaba dan JD.com.
Persaingan antara ketiganya telah berubah menjadi perang harga demi memikat konsumen, dengan masing-masing platform menawarkan potongan dan promo besar-besaran untuk mempertahankan pangsa pasar.
Namun, kondisi tidak hanya memburuk di dalam negeri. Di pasar internasional, Temu—anak usaha PDD yang sempat ekspansif secara agresif—ikut menjadi korban dalam perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
BACA JUGA:Daftar Nama 21 Bank Bangkrut di Indonesia hingga 2025, Ini Nasib Dana Nasabah?
Beberapa waktu lalu, aplikasi Temu telah diblokir di Indonesia. Kini, platform tersebut menghadapi tekanan yang lebih besar akibat dinamika kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang terus berubah-ubah.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memperketat tarif impor barang-barang asal China.
Temu pun terpaksa melakukan penyesuaian besar, termasuk menghapus produk dari merchant China yang terkena dampak tarif tinggi.
Platform e-commerce tersebut kini hanya menampilkan barang yang dijual di dalam AS atau yang tidak terkena beban tarif baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: