Ketua Umum

Ketua Umum

Dahlan Iskan--

Sama sekali tidak. Justru Presiden Jokowi mendapat keuntungan yang tidak kalah besar. Melihat adegan itu Pak Jokowi mendapat simpati yang luar biasa. Termasuk dari saya.

Begitu banyak yang memuji Presiden Jokowi: sabar, tabah, tanpa emosi, andap asor, mengalah, dan sikap segala simbol kemengalahan. Memang ada falsafah Jawa ini: mengalah untuk menang. Itu lebih baik daripada berebut menang tapi kalah.

Rasanya semua orang kini harus belajar menahan ego seperti Presiden Jokowi mampu melakukannya di depan Megawati.

Kesimpulan saya: hari itu Megawati menang. Hari itu Jokowi menang.

Banyak yang bertanya: siapa yang membuat video di ruang kerja Megawati itu. Ada yang menebak: Pramono Anung. Ia adalah Menseskab yang juga mantan sekjen PDI Perjuangan.

Yang pasti: bukan Puan.

Justru Puan terlihat lagi membuat video. Di situ Puan menyebutkan siapa saja yang ada di ruangan itu. Ada nama Pramono, tapi tidak terlihat di video. Berarti Pramono yang memegang HP untuk memvideo itu.

Melihat video-video itu bisa saja tiap orang berbeda penilaian. Berbeda kesan.

Suasana kebatinan Anda pasti berbeda dengan Anda yang lain. Dan itu akan memengaruhi suasana kebatinan berikutnya setelah Anda dan Anda melihat video yang viral kemarin itu.

Adegannya: Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati duduk di kursi empuk bersandaran tinggi di belakang meja kerjanyi. Presiden Jokowi menghadap meja itu, duduk di kursi yang sangat biasa, yang umum dipakai di meja makan rumah orang biasa.

Kesan umum yang muncul: Jokowi lagi menghadap Megawati. Yakni Jokowi yang bukan presiden Republik Indonesia, tapi Jokowi yang kader partai. Yang harus tunduk pada ketua umumnya.

Tapi di video lainnya terlihat Puan Maharani lagi membuat video adegan itu. Puan mengucapkan narasi siapa saja yang ada di ruang itu. Ketika gambar sampai pada Jokowi, Puan menyebutnya sebagai presiden.

Bagaimana perasaan Anda sendiri ketika melihat video itu?

Saya mencoba tes perasaan beberapa teman dari aliran yang berbeda. Umumnya mereka mengatakan ''kasihan Pak Jokowi''. Apalagi melihat body language Pak Jokowi yang terlihat sangat nerimo.

Tapi perasaan bukanlah cermin kebenaran. Perasaan lebih mencerminkan emosi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: